Indonesia Telah Melampaui India Dalam Kasus Harian Positif Corona, 40.000 Kasus Selama Dua Hari

- 14 Juli 2021, 15:02 WIB
Kasus Corona di Indonesia terus naik.
Kasus Corona di Indonesia terus naik. /NDTV.COM
ZONA PRIANGAN - Indonesia telah melampaui jumlah kasus corona harian di India, sekaligus menandai episentrum virus baru di Asia ketika penyebaran varian Delta yang sangat menular meningkatkan infeksi di ekonomi terbesar di wilayah Asia Tenggara itu.
 
Dikutip dari NDTV, jumlah kasus harian positif corona di Indonesia telah melampaui 40.000 kasus selama dua hari secara berturut-turut, termasuk rekor tertinggi 47.899 pada Selasa, naik dari bulan lalu yang kurang dari 10.000 kasus.
 
Para pejabat khawatir bahwa varian baru yang lebih menular itu, sekarang menyerbar ke luar pulau Jawa, dan dapat mengakibatkan pukulan yang berat terhadap pekerja tenaga kesehatan, pasokan oksgen dan obat-obatan.
 
 
Jumlah kasus positif ini masih jauh dari kasus puncak di India yang mencapai 400.000 kasus setiap hari pada Mei. India dengan jumlah populasi kira-kira lima kali lipatnya dari dari populasi sebanyak 270 juta di Indonesia, mengalami penurunan infeksi harian di bawah 33.000 pada Selasa ketika wabah yang menghancurkannya telah mengalami pengurangan.
 
Indonesia melaporkan rata-rata 907 kematian setiap harinya dalam tujuh hari terakhir, dibandingkan dengan 181 kematian pada bulan lalu. Sementara India melaporkan rata-rata 1.072 kematian dalam setiap harinya.
 
Negara-negara berkembang sedang berjuang untuk mengatasi wabah, terutama penyebaran cepat varian Delta, bahkan ketika peluncuran vaksin memungkinkan kehidupan kembali normal di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris.
 
 
Wabah di Indonesia menggarisbawahi konsekuensi dari distribusi vaksin global yang tidak merata, yang telah membuat negara-negara kaya melahap lebih banyak pasokan, meninggalkan tempat-tempat yang lebih miskin terkena wabah varian Delta.
 
Menurut Vaccine Tracker, sejauh ini Indonesia baru memberikan vaksin kepada 10 persen dari populasinya dan India baru 14 persen, bandingkan dengan populasi di Uni Eropa yang sudah menjangkau hingga 46 persen dan 52 persen di Amerika Serikat.
 
Kurangnya imunisasi yang cukup, negara berkembang menanggung beban meningkatnya jumlah kasus dan angka kematian, kematian global mencapai 4 juta jiwa pada awal bulan ini.
 
 
Sementara tingkat tes positif corona di Indonesia telah mencapai sekitar 27 persen, sedangkan di India baru mencapai 2 persen.
 
Angka yang lebih besar menunjukkan bahwa pemerintah hanya menguji pasien yang paling sakit, dan ada tingkat infeksi yang tidak terdeteksi di masyarakat.
 
Pada ahli mengatakan, kedua negara kurang menghitung kasus dan kematian dengan selisih yang lebar karena kurangnya infrastruktur pengujian.
 
 
Pembatasan yang diberlakukan di Jawa dan Bali mulai 3-20 Juli tidak mengurangi pergerakan masyarakat seperti yang diharapkan pemerintah.
 
Mobilitas penduduk hanya berkurang 6 persen hingga 16 persen sejak diberlakukannya pembatasan, sedangkan pihak berwenang memperkirakan penurunan 20 persen, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam dengar pendapat dengan anggota DPR pada Selasa.
 
Pemerintah sebelumnya mengatakan bahwa pengurangan mobilitas 50 persen diperlukan untuk mengurangi penyebaran virus corona.
 
 
"Rumah sakit tidak tahan lagi jika kita gagal mengurangi pergerakan setidaknya 20 persen," kata Sadikin.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x