Tentara Rusia yang Ditawan Menangis, Kaget Ditembaki Pasukan Ukraina dan Ingin Ibu Mereka Menjemput

- 1 Maret 2022, 13:11 WIB
Empat tentara Rusia dipaksa berbaring telungkup dengan jaket ditarik menutupi kepala setelah pasukan Ukraina mengambil kendaraan tempur BMP mereka.*
Empat tentara Rusia dipaksa berbaring telungkup dengan jaket ditarik menutupi kepala setelah pasukan Ukraina mengambil kendaraan tempur BMP mereka.* /The Sun/

ZONA PRIANGAN - Tentara Rusia yang menjadi tawanan perang Ukraina jumlahnya makin banyak. Sebagian besar dari mereka tak memiliki pengalaman tempur.

Lebih mengejutkan lagi, sebagian besar tentara Rusia yang 'menyerahkan diri' mengaku tidak tahu sudah tiba di Ukraina.

Dari pengakuan mereka, terungkap bahwa mereka merupakan peserta wajib militer yang disiapkan untuk latihan perang.

Baca Juga: Di Ukraina Setiap Orang Harus Bisa Mengucapkan 'Palyanitsa', kalau Tidak Mampu Dianggap Sebagai Penyusup

Mereka dibawa ke perbatasan Ukraina-Belarus. Sesampainya di sana, mereka wajib menyerahkan paspor dan ponsel.

Para wajib militer itu kehilangan identitas dan kontak. Mereka tidak bisa menghubungi keluarga, tulis nypost.

Mereka semua mengklaim baru sadar bahwa mereka berada di Ukraina ketika mereka melihat pasukan Ukraina menembaki mereka.

Baca Juga: Ada 1.600 Hulu Ledak Nuklir Rusia yang Disiapkan dalam Mode Perang, Blok Barat Tanggapi Secara Serius

Mereka semua menggambarkan bahwa batalyon mereka mengalami demoralisasi dan mereka tidak ingin berada di sini.

Banyak yang memohon kepada ibu mereka untuk membawa mereka pulang. Namun mereka tidak bisa mengontak karena ponselnya disita.

Komite Ibu Prajurit Rusia mengklaim banyak tentara muda Rusia yang telah dikerahkan di Ukraina tertipu untuk mendaftar, lapor Daily Mail.

Baca Juga: Presiden Ukraina Klaim 4.500 Tentara Rusia Terbunuh, Desak Pasukan Kremlin Meletakkan Senjata dan Menyerah

Komite non-pemerintah mengklaim para tentara diberitahu bahwa mereka sedang menuju ke perbatasan untuk berlatih, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan dari kelompok tersebut.

"Kami mendapat banyak telepon dari ibu-ibu yang ketakutan di seluruh Rusia. Mereka menangis, mereka tidak tahu apakah anak-anak mereka masih hidup atau sehat," Andrei Kurochkin, wakil ketua kelompok itu mengatakan kepada situs Takie Del.

Ketua mengklaim para pria itu mengubah kontrak mereka untuk menunjukkan bahwa mereka telah tiba di perbatasan untuk konflik.

Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Makin Memanas, Jerman Kirim Pesawat Tempur Tornado dan 6 Kapal Perang

"Ada kasus kekerasan fisik, dan pemukulan terhadap mereka yang menolak menjadi tentara kontrak," ucapnya yang dikutip Daily Star.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: nypost


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x