Putin pertama kali menginvasi Ukraina pada 2014 setelah penggulingan presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych dalam revolusi Euromaidan.
Pada saat itu, Rusia menguasai Krimea dan mencaploknya, dan kemudian mulai mempersenjatai pemberontak pro-Moskow di wilayah Donetsk dan Luhansk timur Ukraina.
Baca Juga: Pejuang Amerika Serikat Memburu Tentara Rusia hingga ke Wilayah Timur Ukraina, Temukan Banyak Mayat
Kritik terhadap Shariy yang berbicara dengan La Vanguardia dan Catalan News mengatakan bahwa setelah invasi, ia menjadi 'pro-Putin 100%' dan 'propagandis pro-Rusia'.
Taras Atamanchuk, seorang Ukraina yang juga tinggal di Catalonia, mengatakan Shariy menerbitkan peta Ukraina tanpa Krimea dan menggambarkan penggulingan Yanukovych sebagai 'kudeta'.
Baca Juga: Rusia Melepaskan Rudal Nuklir Dekat Polandia dalam Upaya Menakut-nakuti Negara Anggota NATO
Shariy melanjutkan kegiatan jurnalistiknya dari luar negeri, menjalankan saluran YouTube dan Telegram yang mengumpulkan lebih dari satu juta pengikut.
Dia menggunakan mereka untuk mencerca pemerintah pasca-revolusi Ukraina dan apa yang dia lihat sebagai 'propaganda' yang diterbitkan oleh media negara itu.***