ZONA PRIANGAN - Tiga relawan asal Inggris masih berada di garis depan menghindari ledakan akibat serangan artileri Rusia.
Ben (22), Tim (33), dan Connor (23) membantu tentara Ukraina dari gempuran pasukan Vladimir Putin.
"Kami masih hidup. Namun kami seperti binatang menjadi buruan pasukan Kremlin," ucap Ben kepada The Sun.
Semula tiga relawan Inggris itu beroperasi di Kiev tapi sekarang mereka telah maju ke wilayah Donbass, di mana perang sedang berkecamuk.
Ben, Tim, dan Connor tidak hanya membantu tentara Ukraina yang terluka, tapi juga menolong seekor anjing yang kaki depan kanannya harus diamputasi.
Berkat peran ketiganya, anjing yang diberi nama Javelin -- rudal yang digunakan Ukraina -- kini masih bertahan hidup.
Mereka memberi tahu The Sun bagaimana mereka berlari ke arah serangan artileri untuk memberikan perawatan yang menyelamatkan tentara Ukraina.
Ben, Tim, dan Connor semuanya meninggalkan pekerjaan mereka setelah menonton tayangan TV tentang pengungsi yang melarikan diri ke barat dari pembantaian prajurit Kremlin.
Ben, asisten perawatan kesehatan di Rumah Sakit Whipps Cross London, mengatakan: “Saya melihat apa yang terjadi di TV dan memutuskan saya harus melakukan sesuatu.
“Keluarga saya mendukung saya, meskipun semua teman saya mengkhawatirkan saya. Tapi saya tidak menyesali apa yang telah saya lakukan saat ini," ujarnya.
Gambar menunjukkan Ben, dari Walthamstow, London Timur dan teman-temannya berlari menuju lokasi korban di tengah serangan artileri.
“Ledakan itu memekakkan telinga, tetapi kami harus mencoba untuk fokus menyelamatkan korban," tuturnya.
Baca Juga: Puluhan Tank Bebek Duduk Rusia Hancur di Kota Chernihiv, Terkena Tembakan Rudal NLAW dan Stinger
Dia berkata: “Kami telah berada dalam banyak situasi di mana kami pikir kami akan mati."
“Ada saat di mana saya dan Ben sedang merokok di luar ketika kami dierang oleh artileri yang mengancam jiwa kami," ungkapnya.
“Saya tidak selalu seberuntung. Kami diserang roket terus menerus dan sebongkah beton jatuh menimpa punggung saya. Saya sangat kesakitan – tetapi saya kembali karena banyak orang yang lebih menderita daripada saya,” papar Ben.***