Pejabat Pro-Moskow: Tentara Ukraina yang Menyerah Kemungkinan Menghadapi Hukuman Mati

- 31 Mei 2022, 13:43 WIB
Anggota dinas angkatan bersenjata Ukraina, yang menyerah di pabrik baja Azovstal yang terkepung di Mariupol, duduk di dalam bus saat kedatangan mereka di bawah pengawalan militer pro-Rusia di pemukiman Olenivka di wilayah Donetsk, Ukraina, 20 Mei 2022.
Anggota dinas angkatan bersenjata Ukraina, yang menyerah di pabrik baja Azovstal yang terkepung di Mariupol, duduk di dalam bus saat kedatangan mereka di bawah pengawalan militer pro-Rusia di pemukiman Olenivka di wilayah Donetsk, Ukraina, 20 Mei 2022. /REUTERS/Alexander Ermochenko

ZONA PRIANGAN - Tentara Ukraina yang menyerah kepada pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal di kota Mariupol kemungkinan akan menghadapi hukuman mati, demikian kata seorang pejabat separatis pro-Moskow pada Senin, 30 Mei 2022.

"Pengadilan akan membuat keputusan tentang mereka," kata Yuri Sirovatko, menteri kehakiman Republik Rakyat Donetsk memproklamirkan diri di Ukraina timur, seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti.

"Untuk kejahatan seperti itu, kami memiliki bentuk hukuman tertinggi di DNR yakni hukuman mati," tambahnya.

Baca Juga: Perwira Intelijen: Presiden Rusia Vladimir Putin Kehilangan Penglihatan dan Usianya Tinggal Tiga Tahun Lagi

"Semua tawanan perang berada di wilayah DNR," ujarnya.

Saat ini ada sekitar 2.300 tentara Ukraina yang menyerah di pabrik baja Azovstal.

Ratusan pembela Ukraina dari pelabuhan strategis Mariupol di pantai Laut Azov di tenggara negara itu menyerah bulan ini, setelah bertahan di terowongan bawah tanah di pabrik baja Azovstal selama berminggu-minggu.

Baca Juga: UKHSA:Orang yang Terinfeksi Cacar Monyet Dapar Melakukan Isolasi Mandiri di Rumah

Kyiv mengatakan ingin melakukan pertukaran tawanan dengan militer Rusia, sementara Moskow telah mengindikasikan bahwa mereka akan diadili terlebih dahulu.

Di antara para pejuang Ukraina yang menyerahkan diri adalah anggota resimen Azov, bekas unit paramiliter yang telah terintegrasi ke dalam angkatan bersenjata Ukraina.

Rusia menggambarkan unit tersebut, yang sebelumnya memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan, sebagai organisasi neo-Nazi.

Baca Juga: Pertempuran Berlangsung Sengit Saat Pasukan Rusia Memasuki Pinggiran Sievierodonetsk

Dalam panggilan telepon dengan Vladimir Putin pada hari Sabtu, para pemimpin Prancis dan Jerman mendesak presiden Rusia untuk membebaskan para pejuang Ukraina dari Azovstal.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: AFP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x