ZONA PRIANGAN - Seorang tentara Rusia secara berani mengungkapkan pengalamannya sejak direkrut hingga bertempur di Ukraina.
Viktor Shyaga menulis secara detail apa saja yang dirasakannya di blog LiveJournal. Tentu saja keberaniannya itu berisiko dia dikirim ke penjara.
Menurut pengakuan Viktor Shyaga, saat dia mendaftar sebagai tentara kontrak sempat dijanjikan kursus kilat tentang pelatihan bertahan hidup.
Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Menyerah, Kibarkan Bendera Putih Setelah Digempur Tentara Ukraina di Kherson
"Ternyata semua itu bohong. Tidak adanya yang namanya pelatihan. Semua langsung dikirim ke medan perang," ujarnya.
Tulisan Viktor Shyaga di blog LiveJournal kemudian diungkap oleh seorang sejarawan militer dengan nama media sosial ChrisO.
Dalam tulisan Viktor Shyaga, diceritakan ada 22 tentara kontrak yang senasib dengan dirinya. Semuanya tidak diajari apa pun.
"Kami bahkan tidak diizinkan untuk mencoba senjata kami. Semuanya tertekan dalam ancaman komandan," tuturnya yang dikutip Express.
Viktor Shyaga adalah tentara kontrak Rusia yang bergabung dengan tentara pada Maret 2022, setelah invasi Vladimir Putin ke Ukraina.
Dia berperang melawan tentara Kiev pada bulan April dan Mei. Unitnya dipaksa untuk terus berada di garis depan.
Baca Juga: Di Tengah Perang Ukraina, Ramzan Kadyrov Bikin Kejutan Ingin Mundur dari Jabatan Presiden Chechnya
Dalam satu episode dia menceritakan bagaimana komandan batalyon berusaha memotivasi anak buahnya untuk melakukan serangan.
Berdiri di depan para prajurit, komandannya mengancam akan menembak kaki para prajurit yang menolak untuk pergi dan menyerang.
Shyaga berkata: "Saya meneriakinya dari formasi saya bahwa itu ilegal, itu melanggar hukum. Dia tidak menanggapi dengan apa pun dan beralih dari topik menembak kaki."
Viktor Shyaga menyiratkan bahwa komandannya memilih untuk tidak bergabung dalam serangan beberapa serangan.
Pada akhirnya, Shyaga menyimpulkan bahwa perwira seniornya "tidak peduli" dengan anak buah mereka.
Pasukan Rusia mengeluh karena kurang siap dan tidak siap untuk berperang di Ukraina.
Ada banyak laporan tentang moral tentara yang rendah dan desersi dari unit militer di garis depan.
Shyaga mengatakan pelatihannya praktis tidak ada dan sama sekali tidak berguna.***