ZONA PRIANGAN - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Cina setelah dia dan Presiden AS Joe Biden sepakat untuk berusaha melibatkan Beijing untuk mempercepat akhir serangan Rusia terhadap Ukraina yang sudah memasuki tahun kedua.
Cina telah menyerukan gencatan senjata menyeluruh dan menjelaskan posisinya dalam konflik tersebut sebagai "impartial", meskipun keduanya berjanji untuk "tidak ada batasan" dalam kemitraan mereka segera sebelum invasi terjadi.
Baik Macron maupun Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang akan berkunjung ke Beijing setelahnya, telah mengatakan bahwa mereka ingin meyakinkan Cina untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Rusia untuk membawa perdamaian di Ukraina.
Baca Juga: Polandia Kirim 10 Jet Tempur ke Ukraina, Zelenskiy: Pasukan Kami Tetap Berjuang di Bakhmut
Selain itu, menghambat Beijing dalam upayanya memberikan dukungan langsung terhadap Moskow dalam konflik tersebut.
AS dan NATO telah mengatakan bahwa Cina sedang mempertimbangkan mengirimkan senjata ke Rusia, yang dibantah oleh Beijing.
Bantuan militer dari Cina ke Rusia untuk perang di Ukraina akan menjadi "kesalahan sejarah dengan implikasi yang sangat besar", kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers di Brussels pada hari Rabu, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.
Baca Juga: Tunarungu di Ukraina Hadapi Tantangan dalam Perang: Solusi dengan Teknologi dan Bahasa Isyarat
Sementara Polandia telah memainkan peran besar dalam membujuk sekutu-sekutu Barat untuk memasok tank-tank tempur dan senjata berat lainnya ke Ukraina, yang membantu Kyiv membendung dan terkadang membalikkan kemajuan Rusia sejauh ini.