ZONA PRIANGAN - Vladimir Putin mengalami kerugian besar dalam kematian prajurit yang bertempur di Bakhmut Ukraina.
Analis militer menyebutkan, Rusia mengorbankan tujuh tentara untuk menargetkan satu pejuan Ukraina. Ada dugaan, kematian prajurit Kremlin memang sengaja diumpankan.
Menurut analis, ada kencenderungan Moskow menggunakan taktik menguras artileri Ukraina dengan memberi umpan prajurit-prajurit tak terlatih.
Taktik itu makin diperkuat dengan proyek Grup Wagner yang merekrut tentara bayaran yang berasal dari narapidana (napi) di sejumlah penjara Rusia.
Taktik tersebut melibatkan gelombang pertama sekitar selusin petarung yang memanjat keluar dari parit mereka ke No Man's Land dan menyerbu ke posisi Ukraina.
Salah satu sumber yang diduga memiliki hubungan dengan Grup Wagner mengatakan orang-orang ini digunakan untuk menyerap artileri Ukraina.
Sumber itu menambahkan bahwa gelombang kedua dan ketiga pasukan Grup Wagner sering kali harus memanjat rekan-rekan mereka yang tewas untuk bergerak lebih jauh.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris melaporkan, walau Grup Wagner sempat memperoleh kemajuan di Bakhmut, namun pejuang Ukraina berhasil memukul balik pasukan Rusia secara keseluruhan.
Bisa ditarik kesimpulan, pertempuran di Bakhmut telah menjadi yang terpanas di garis depan selama kira-kira tujuh bulan, tetapi upaya Rusia untuk mengepung wilayah itu tampaknya gagal.
Tentara Rusia dan pejuang tentara bayaran menjadi korban "pesta pembantaian" di Bakhmut, Ukraina, klaim seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS).
Setelah berbulan-bulan pertempuran brutal dan "serangan gelombang manusia" gaya WW1, kemajuan Rusia di Bakhmut tampaknya gagal.
Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan tentara Vladimir Putin telah "dipukul" di kota itu dan bahwa "warga Ukraina telah bertempur dengan sangat baik".
Jenderal Milley mengatakan tentara Putin telah mengalami kematian yang sangat besar. Mereka dipalu di sekitar Bakhmut dan Ukraina telah bertarung dengan sangat baik.
“Ukraina melakukan pertahanan area yang sangat efektif yang terbukti sangat merugikan Rusia,” ujar Milley yang dikutip Express.***