"Walaupun jejak asap Chollima-1 terlihat transparan, menunjukkan penggunaan bahan bakar cair, ia meninggalkan residu abu-abu terang di sekitar landasan peluncuran dan melalui saluran ke tempat pembakaran, serta di sepanjang muara lumpur terdekat," demikian disampaikan 38 North, yang berbasis di Amerika Serikat dan memantau Korea Utara, dalam sebuah laporan.
"Alasan dari residu ini masih belum jelas".
Baca Juga: Klaim Korea Utara: Hampir 800 Ribu Telah Mendaftar untuk Berperang Melawan Amerika Serikat
Amerika Serikat, bersama negara-negara lainnya, menyatakan bahwa penggunaan teknologi rudal balistik untuk peluncuran antariksa melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang program rudal dan senjata nuklir Korea Utara.
Berbeda dengan percobaan terakhir Korea Utara untuk meluncurkan satelit pada tahun 2016, mereka sekarang memiliki program ICBM yang kuat dan tidak perlu menyamarikan uji coba senjata mereka sebagai peluncuran antariksa, kata Panda.
Chollima-1 tampaknya merupakan kendaraan peluncuran antariksa medium-lift yang ditujukan untuk mengirimkan satelit kecil ke orbit Bumi rendah.
Baca Juga: Tahun Baru Memicu Ketegangan Baru, Korea Utara Menembakkan Tiga Rudal Balistik ke Semenanjung Korea
"Dalam kasus ini, kita memiliki kapsul muatan yang cukup besar dibandingkan dengan peluncur kendaraan ruang angkasa Korea Utara sebelumnya," ujar Panda.
"Estimasi saya adalah bahwa kemungkinan ini membawa muatan satelit dengan berat sekitar 200 hingga 300 kilogram".
Tujuan deklarasi Korea Utara untuk akhirnya dapat meluncurkan beberapa satelit dalam satu roket menunjukkan bahwa mereka mungkin akan menghadirkan kendaraan peluncuran yang lebih besar di masa depan, tambahnya.