ZONA PRIANGAN - Menyebut kata maksiat, yang paling gampang diingat pasti main judi, mabuk-mabukan, atau pergi ke lokalisasi.
Jadi kalau ada orang sering berjudi, menenggak minuman haram, dan berzina langsung dicap, masih senang maksiat saja.
Tidak salah memang jikat menyebut tukang judi, doyan mabuk, dan senang berzina sebagai pelaku maksiat.
Baca Juga: Sanggup Mengucapkan Bacaan Ini Sebanyak 300 Kali, Terhapus Semua Dosa Baik Kecil Maupun Besar
Baca Juga: Hati-hati bagi Istri yang Suka Ngomel, Ternyata Bisa Menimbulkan Nasib Sial, Ini Penjelasannya
Namun sebenarnya ada maksiat yang lebih berbahaya lagi dari sekadar judi, mabuk, dan zina.
Bahkan maksiat yang berbahaya itu dosanya lebih besar dari judi, mabuk, dan zina.
Ketahuilah, maksiat yang berbahaya itu adalah maksiat hati. Berbuat maksiat tapi tak terlihat dan tanpa disadari.
Baca Juga: Ada 7 Karakter yang Dibenci Allah SWT, Nomor 5 Mirip Keledai
Baca Juga: Kalau Istri Menyuruh Tidur, Tolong Suami Menurut, Takdir Cuma Allah SWT yang Tahu
Di antara maksiat hati itu, riya, ujub, iri, dengki, sombong, menghasut, ghibah, membenci, mendorong timbulnya perpecahan.
Termasuk maksiat hati, yakni senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.
Senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang biasanya mudah menghinggap di hati sejumlah orang.
Baca Juga: Mengutamakan Kantor Terus, Pensiun Tidak Dapat Pesangon, Giliran Wafat Minta Disalatkan di Masjid
Baca Juga: Untuk Hidup Bahagia Dunia dan Akhirat Cobalah Menghindari Tiga Perkara Ini
Di situlah bahanya maksiat hati. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila ia baik, baiklah seluruh jasadnya."
"Tapi apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Ibu-ibu Jangan Minta Cerai, Sesungguhnya Suami Bisa Dijadikan Tameng dari Api Neraka
Baca Juga: Hanya di Negara Ini Penduduknya Beragama Islam 100 Persen, Bukan Arab Saudi Loh!
Dalam hadis ini terdapat pelajaran yang berharga, bahwa hati itu bisa menjadi asas kebaikan dan kerusakan.
Jika seseorang rusak hatinya, maka akan berdampak buruk pada kerusakan amal anggota tubuh yang zahir.***