ZONA PRIANGAN - Amerika Serikat (AS) tetap menaruh kecurigaan yang besar terhadap China yang menggelar Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
AS memperingatkan para atletnya yang bertanding di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, agar hati-hati terhadap aksi pencurian data.
Bahkan Biro Investigasi Federal (FBI) meminta para atlet AS menyimpan handphone (HP) di rumah saja.
Baca Juga: Manusia Berkepala Anjing Terlihat di Pedalaman Australia Membuat Takut Seorang Pemancing
Sementara untuk aktivitas di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, para atlet cukup menggunakan ponsel burner yang tidak bisa dilacak.
Menurut FBI, menggunakan perangkat seluler di Beijing sangat membahayakan karena mudah terlacak dan rentann pencurian data.
FBI mengklaim aktivitas siber di Beijing sulit diduga dan di China apa pun bisa terjadi. Jadi atlet lebih baik tinggalkan HP di AS.
Baca Juga: Unik, Republik Molossia, Jumlah Penduduknya Cuma 7 Orang, Punya Bendera dan Lagu Kebangsaan
Dikutip rt.com, FBI bukanlah lembaga pertama yang menyarankan atlet untuk membawa ponsel burner ke Beijing.
Komite Olimpiade AS, Inggris, Australia, Belanda, dan Kanada semuanya telah mengeluarkan peringatan kepada atlet mereka atas potensi “pengawasan China”.
Team USA mengatakan ponsel burner akan didorong untuk atlet di Beijing, karenanseperti komputer, data dan aplikasi pada ponsel tunduk pada intrusi berbahaya, infeksi, dan kompromi data.
Baca Juga: Gurun Pasir Moynaq Dulunya Laut yang Dalam, Kini Jadi Kuburan Kapal Penangkap Ikan
Meskipun atlet mereka masih akan bersaing, AS dan sekutunya – termasuk Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Jepang, antara lain – melakukan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Pejabat mereka tidak akan hadir di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, dengan alasan masalah hak asasi manusia di China.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mendesak Washington untuk berhenti mencampuri Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Baca Juga: Ini 8 Nama Hantu Versi Indonesia, Nomor 3 Hobi Menculik Anak yang Suka Nangis
Kementerian Luar Negeri China menuduh AS melanggar "netralitas politik olahraga" dengan boikot diplomatiknya.***