Anak Punya Kebutuhan Belajar Berbeda, Pembelajaran Online Bisa Jadi Alternatif Pendidikan Masa Depan?

7 Juni 2021, 19:32 WIB
Anak Punya Kebutuhan Belajar Berbeda, Pembelajaran Online Bisa Jadi Alternatif Pendidikan Masa Depan? /Sekolah Murid Merdeka/

ZONA PRIANGAN - Saat ini sekolah sudah banyak menerapkan pembelajaran online yang menggunakan teknologi digital.

Pembelajaran yang terintegrasi dengan perangkat teknologi digital ini kedepannya akan menjadi ciri khas pembelajaran masa depan.

Saat masa pandemi sekarang ini, banyak yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar, tapi tidak banyak yang mengintegrasikan teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik.

Baca Juga: Ciptakan Layanan Pendidikan Usia Dini Terbaik di Saat Pandemi, Lembaga Ini Buat Sekolah PAUD Gratis

Seperti dikatakan Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti, belum lama ini. Sejak awal, bahkan sebelum pandemi, Sekolah Murid Merdeka (SMM) sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung.

"Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung," katanya.

Laksmi menuturkan, belajar online bisa sangat engaging, menyenangkan dan bermakna. Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar.

Baca Juga: Dukung Pembelajaran Daring, Puluhan Siswa SMP dan SD di Bandung Terima Tablet yang Terintegrasi Smart Learning

"Semua pengajar Sekolah Murid Merdeka dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya," ungkapnya.

Lebih lanjut Laksmi menjelaskan, bahwa SMM menawarkan fleksibilitas. Mereka percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda, dan punya konteks belajar yang berbeda juga.

"Sebagai pendidik kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak," jelasnya.

Baca Juga: Harapan Siswa dan Guru Sirna, Pembelajaran Tatap Muka Dibatalkan, Covid-19 Masih Tinggi

Laksmi menjelaskan, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas, biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar.

"Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya," ujarnya.

Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel, dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak, atau berpihak pada anak.

Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka, Kantin Sekolah Tidak Boleh Buka, Kegiatan Ekstra Kurikuler Ditunda Dulu

“SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja, Pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” katanya.

Mengenai kurikulum yang dipakai, lanjut Laksmi, SMM tetap menggunakan Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar-mengajar, SMM menggunakan banyak pendekatan dan inovasi.

“Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,” paparnya.

Baca Juga: Upgrade Kemampuan Dosen di Saat Pandemi, USB YPKP Berikan Pelatihan Pembelajaran Berbasis Internet

Meskipun metode pembelajaran online bisa diterapkan sepenuhnya, Laksmi juga berharap pembelajaran tatap muka secara langsung sudah bisa dilakukan pada tahun ajaran baru mendatang.

“Kami sangat excited menyambut tahun ajaran baru. SMM juga menyiapkan delapan sekolah satelit di delapan kota, antara lain di Bandung, Depok, Tangerang, Surabaya serta beberapa kota besar lainnya. SMM siap seandainya pelaksanaan belajar sudah diperbolehkan dengan tatap muka langsung, tentunya dengan pendekatan belajar yang tak kalah seru dan menyenangkan,” pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler