Menjelang Akhir Perang Dunia II, Belanda Membakar Desa-desa di Indonesia, Sekarang Baru Minta Maaf

21 Februari 2022, 18:11 WIB
Kekerasan ekstrem dilakukan tentara Belanda selama perang kemerdekaan di Indonesia.* /National Archives/

ZONA PRIANGAN – Perdana Menteri Belanda Mark Rutte untuk pertama kalinya telah meminta maaf kepada rakyat Indonesia.

Menyusul sebuah studi yang menemukan tentara Belanda menggunakan kekerasan ekstrem dan sistematis dalam upayanya untuk menguasai kembali bekas jajahannya pada akhir Perang Dunia II.

Angkatan bersenjata Belanda melakukan pembakaran desa-desa dan melakukan penangkapan massal, penyiksaan dan eksekusi selama konflik pada 1945 hingga 1949.

Baca Juga: Tanam Pohon Porang Sangat Menguntungkan, China dan Jepang Siap Menampung

Acapkali tindakan tersebut mendapat dukungan pemerintah Belanda secara diam-diam, demikian kesimpulan para peneliti Belanda dan Indonesia setelah empat setengah tahun penyelidikan.

Penemuan ini menghancurkan anggapan lama pemerintah Belanda bahwa insiden-insiden kekerasan ekstrem oleh tentaranya hanya terjadi secara terbatas.

“Kami harus menerima fakta-fakta memalukan,” kata Rutte pada konferensi pers beberapa hari lalu setelah penemuan ini dipublikasikan.

Baca Juga: Terungkap, Jepang Jajah Indonesia Bukan Karena Rempah-rempah atau Emas tapi Incar Pohon Ini

“Saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada rakyat Indonesia atas nama pemerintah Belanda,” tambahnya seperti dilansir Indiatimes.com.

Para peneliti telah secara dini mempresentasikan penemuan studi tersebut, yang dimulai pada 2017 dan didanai oleh Belanda sebagai bagian dari upaya menghadapi tuntutan luas atas penjajahan brutal negara ini di masa lalu.

“Kekerasan oleh militer Belanda, seperti penyiksaan, saat ini akan dianggap sebagai kejahatan perang,” kata sejarawan Ben Schoenmaker dari Institut Sejarah Militer Belanda, salah satu dari dua lusin akademisi yang berpartisipasi dalam studi ini.

Baca Juga: Heboh, Polisi Cantik Ini Memposting Foto dalam Balutan Baju Renang, Netizen Anggap Kurang Sopan

“Para politisi yang bertanggung jawab sengaja menutup mata pada kekerasan ini, hanya menganggap hal itu sebagai otoritas legal militer.

Mereka membantunya, menyembunyikannya, dan mereka sedikit menghukumnya atau tidak sama sekali,” katanya.

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 1945, segera setelah kekalahan Jepang yang mencaplok Indonesia selama Perang Dunia Kedua.

Baca Juga: Gegara Makan Mie Ayam Sisa Semalam yang Tersimpan di Kulkas, Kaki Siswa Ini Harus Diamputasi

Tetapi Belanda menginginkan kembali negara jajahannya, dan mengirim tentara untuk menggagalkan kemerdekaan tersebut.

Sekitar 100.000 warga Indonesia meninggal saat perang mempertahankan kemerdekaan tersebut, dan Belanda angkat kaki dari Indonesia pada 1949.

“Kejahatan Belanda tersebut termasuk penahanan secara massal, penyiksaan, pembakaran kampung-kampung, eksekusi dan pembunuhan sipil,” kata Frank van Vree, seorang profesor sejarah dari Universitas Amsterdam, dalam presentasi daring hasil penelitian tersebut.

Pengadilan Belanda telah memerintahkah pemerintahnya untuk memberi kompensasi kepada para janda dan anak-anak para pejuang Indonesia yang dieksekusi tentara Belanda.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: India Times

Tags

Terkini

Terpopuler