Ini Penjelasan Ketika Matahari Sekarat, Bisa Memakan Merkurius dan Venus, Bagaimana dengan Bumi?

14 Juni 2023, 05:41 WIB
Lubang hitam di jantung galaksi Messier 87 (M87).* /Medeiros/

ZONA PRIANGAN – Untuk semua kekacauan yang terjadi di Bumi ini, lebih mudah untuk dilupakan bahwa kita tinggal di dalam sebuah galaksi yang rentan penuh dengan bahaya yang dahsyat.

Dari batuan antariksa yang terbang dengan kecepatan ribuan mil per jam, hingga lubang hitam yang mampu merobek planet kita berkeping-keping, ini sesuatu yang sebaiknya tidak terlalu dipikirkan.

Tetapi apa yang sesungguhnya yang terjadi pada tubuh manusia jika kita binasa akibat fenomena astronomi liar ini?

Baca Juga: Badai Matahari Langsung Menghantam ke Bumi, Listrik Bisa Mati Mendadak dan Mengganggu Komunikasi Radio

MailOnline mewawancarai para pakar untuk memahami, dan melihat kesempatan manusia masih eksis bila bencana astronomi ini terjadi.

Para ilmuwan memperkirakan Matahari kita berusia sekitar 4,5 miliar tahun, sekitar setengah jalan dari waktu hidupnya 9 miliar atau 10 miliar tahun.

Ketika Matahari mulai sekarat, ia akan mengembang menjadi raksasa merah, menjadi begitu besar sehingga bisa melahap planet Merkurius dan Venus, dan kemungkinan Bumi juga.

Baca Juga: China Mulai Mengoperasikan Matahari Buatan, Uji Coba Dilakukan di Institut Ilmu Fisika Hefei

Tentu saja, waktu 4 atau 5 miliar tahun lagi manusia kemungkinan sudah tidak ada, seperti tersapu oleh bencana iklim atau tabrakan dengan asteroid.

“Diasumsikan bila matahari berhenti, kita akan mengikutinya dengan sangat cepat,” kata Albert Zijlstra, profesor astrofisika di Universitas Manchester, kepada MailOnline.

“Jawaban mudahnya adalah anda akan membeku dan mati.”

Menurut Profesor Zijlstra, Bumi pernah mengalami era bola salju, 700 juta tahun yang lalu.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Pedagang Bakso yang Top Markotop di Kabupaten Lombok Timur, Turis Dijamin Ketagihan

“Seluruh dunia membeku dan lautan dipenuhi es setebal satu kilometer dari kutub ke kutub, hingga 50 juta tahun,” katanya.

Kita harus berterima kasih, matahari begitu stabil dan tidak ada yang hilang yang bisa membahayakan, tambah Professor Zijlstra.

Barangkali salah satu fitur yang paling menakutkan di alam semesta ini adalah black hole atau lubang hitam, kawasan dalam ruang dan waktu dimana gravitasi menarik apapun bahkan cahaya pun tidak akan lolos.

Baca Juga: Nelayan Temukan Harta Karun Kerajayaan Sriwijaya Berupa Batu Permata dan Cincin Emas dari Sungai Musi

Lubang hitam bertindak sebagai sumber gravitasi yang dahsyat yang menarik debu dan gas di sekitarnya, selain planet-planet dan bahkan menarik lubang hitam lainnya.

Sering digambarkan sebagai ‘monster yang merusak’ karena akan merobek bintang-bintang, melahap apapun yang datang mendekat, dan mampu menangkap cahaya.

Dengan cahaya yang tidak mampu lolos dari lubang hitam, Bumi juga tidak memiliki sedikit pun kesempatan untuk bisa lolos.

Baca Juga: Sempat Jadi Musuh Petani, Pohon Porang Dulu Dibuang, Sekarang Porang Disayang

Xavier Calmet, profesor fisika di Universitas Sussex, mengatakan gaya gravitasi sebuah lubang hitam akan menjadi begitu kuat sehingga kita akan mengalami ‘spagetifikasi’.

“Tubuh anda akan meregang menjadi bentuk yang mirip sebuah pasta panjang hingga robek berkeping-keping oleh gaya gravitasi yang kuat,” kata Profesor Calmet kepada MailOnline.

“Saya tidak bisa membayangkan ini akan menyenangkan, ini akan terjadi begitu cepat, jadi jika sakit, mungkin tidak begitu lama.”

Baca Juga: Hindari Laut jika Terlihat Gelombang Membentuk Kotak-kotak, Ini Penjelasannya

Dr David L Clements, dosen senior di departemen fisika, Imperial College London, mengatakan “akhir hidup akan sangat cepat” jika jatuh ke dalam sebuah lubang hitam.

Namun kita patut bersyukur, kesempatan Bumi untuk dilahap sebuah lubang hitam mendekati nol, menurut Dr Clements.

“Kesempatannya paling tidak satu untuk setiap 4,5 miliar tahun dan kemungkinan sangat sangat kecil.”

Baca Juga: Bayi yang Menolak Roti dan Menelan Bara Api Ini Ternyata Paling Ditakuti oleh Firaun

Lubang hitam terdekat ke Bumi, yang disebut Gaia BH1, jaraknya sekitar 1.600 tahun cahaya dan itu 10 kali ukuran matahari kita, seperti diungkap beberapa pakar.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Mail Online

Tags

Terkini

Terpopuler