Masa Jaya Kecap Majalengka yang Terancam Sirna (1)

19 Januari 2021, 21:03 WIB
Pada label produk botol kecap selain membubuhkan nama mereknya juga semua produsen membubuhkan tulisan “Kecap No 1” . /ZonaPriangan/Rachmat Iskandar

ZONA PRIANGAN - Sebelum Tahun 2000 Kabupaten Majalengka selain dikenal sebagai Kota Angin juga mendapat julukan kota Pensiun, sedangkan julukan yang paling dikenal adalah Kota Kecap.

Ya karena di Majalengka banyak pabrik kecap yang pemasarannya hingga ke kota-kota besar setidaknya wilayah Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Berdasarkan pengamatan ZonaPriangan, kecap yang kini masih eksis adalah Ayam Jago, Cap Potret, Cap Matahari, Panggang Dyan, Kecap Segi Tiga, Ban Bersayap, Maja Menjangan dan Kecap Sate. Padahal sebelum tahun 2000 jumlah industri kecap lebih dari 25, termasuk industri rumahan.

Baca Juga: Pria Gengsi Akui Cemburu, Pahami Ini 5 Tandanya, Nomor 3 Cukup Mengganggu

Karena terkenal Kota Kecap, ketika ada tamu datang ke Majalengka atau ketika akan berkunjung ke luar kota oleh-oleh yang dibawa adalah kecap. Kecap, juga selalu disebut dalam pembicaraan dengan orang baru kenal, sahabat atau saudara.

Demikian juga dengan ampas kecapnya, selalu dibawa untuk oleh-oleh karena hampas kecap Majalengka khas. Ampas dijual di pasaran hingga sekarang dengan harga Rp12.000 per kg.

Dulu, cukup banyak pabrik kecap di Majalengka walaupun tidak jelas berapa jumlah persisnya, produksi kecap berada di Kota Majalengka, Tonjong, Kadipaten dan Jatiwangi. Pada label produk botol kecap selain membubuhkan nama mereknya juga semua produsen membubuhkan tulisan “Kecap No 1” .

Baca Juga: Harga Cabe Rawit Melejit, Mulai dari Rp60 Ribu hingga Rp100 Ribu per Kilo

Pembubuhan tulisan tersebut bisa saja untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing antar pedagang kecap masa itu. Pabrik kecap pertama didirikan oleh Tjia Tjoen Teng.

Menurut Cicitnya Rachmat Mulyana yang kini mendirikan usaha sendiri dengan 8 merek kecap di Komplek Puspa Indah, Kelurahan Cigasong, kakeknya mendirikan pabrik kecap di tahun 1928 di Kelurahan Majalengka Kulon, Jl Raya Abdul Halim, samping Toko Yogya.

Nama merek kecapnya dikenal dengan Tjoen Teng atau kecap Matahari karena logo tertera gambar matahari sesuai arti nama pemiliknya. Kecap tersebut memiliki masa kejayaan hingga Tahun 1990 an. Pasarnya selain Kabupaten Majalengka dan Wilyah III Cirebon serta kota besar di Jawa Barat juga Tawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca Juga: Alat PCR Tidak Tersedia, Labkesda Majalengka Hanya Layani Rapid Antigen

Karena pangsa pasar yang sangat tinggi menurut Rachmat, kakeknya di tahun 1930-1940 hingga mendirikan sejumlah pabrik di Kadipaten, Jatiwangi dan Bandung dengan jumlah pekerja yang juga sangat banyak. Rasa kecapnya khas berasa manis dan kental.

“Ya Tahun 1970-1980 kecap mengalami masa jaya, pabrik kecap berdiri di Kadipaten ada berapa pabrik, Majalengka banyak, semua perusahaan kecap berkembang,” ungkapnya.

Baca Juga: Para Istri Mesti Waspada, Ini 5 Wanita Berpotensi Berselingkuh dengan Suami, Tetangga Salah Satunya

Sepeninggal kakeknya pabrik dilanjutkan oleh orang tuanya namun belakangan banyak pesaing industri kecap besar dan pasar pun semakin berkurang. Konsumennya hanya mereka yang fanatik dengan kecap Matahari, dengan pasar terjauh adalah Sumedang.

“Sekarang pabrik Mamah tutup, produksinya bareng saya di sini sekarang mah,” ungkap Rachmat.

Hingga tahun 1995 perusahaan kecap ini masih sangat besar dan memperluas pabrik ke Pasar Balong, di Kelurahan Majalengka Kulon.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Tags

Terkini

Terpopuler