Sistem Pembelajaran di SLB Majalengka Dilakukan Tatap Muka Sebulan Sekali

1 Maret 2021, 22:19 WIB
Cara mengajar harus dilakukan secara langsung dengan murid satu per satu. /ZonaPriangan/Rachmat Iskandar/

ZONA PRIANGAN - Akibat murid jenuh dan orang tua banyak yang tidak mampu mengajar anak difabel, SLB YPLB Majalengka akhirnya melakukan pembelajaran tatap muka dengan jumlah terbatas serta penerapan protokol kesehatan maksimal.

Pembelajaran dilakukan sebulan sekali atas pertimbangan menjaga kesehatan semua murid dan orang tua, namun murid tetap mengingat bagaimana anak bergaul dan belajar.

Dasmini asal Desa Kertasari, Kecamatan Ligung yang mengantar cucunya Darmawan mengatakan sudah cukup lama menghendaki belajar tatap muka di sekolah, karena dirinya serta anaknya tidak bisa mengajar cucunya walaupun guru sekolah memberikan materi ajar.

Baca Juga: Eman Awi Mengenal Manfaat dan Filosofi Bambu, Hidup dari Keterampilan Tangannya Mengolah Bambu

“Kami di rumah semua tidak bisa mengajar, makanya daftar ke SLB agar cucu bisa belajar dan memiliki pengetahuan seperti anak-anak lainnya, makanya sekolah jauh juga kami kejar. Kalau sekarang terus tidka sekolah ya bingung juga," ungkap Dasmini.

Hal senada disampaikan Fitri asal Munjul yang mengantar anaknya yang baru duduk di bangku kelas I. Dia bersyukur ketika bisa melakukan tatap muka walaupun hanya sehari dalam sebulan, agar anaknya mengenal bagaimana cara berbicara.

Sementara di sekolah sejumlah anak nampak ceria, ada yang belajar melampar bola sambil terus dibimbing gurunya, ada yang belajar bicara sambil berhadapan agar murid bisa melihat guru bagaimana bicara.

Baca Juga: Ini Kata Zodiak, Senin 1 Maret 2021: Gemini Berselisih Pendapat, Pendekatan Libra Membuahkan Hasil

Ketika pulang semua murid diminta belajar berpamitan dengan sikap yang sopan. Kepala SLB Sri Aminah bersama sejumlah guru di SLB YPLB mengatakan, banyak desakan dari orang tua murid yang menghendaki agar pembelajaran tatap muka segera dimulai.

“Apa yang disampaikan orang tua murid kami sangat memahami betul, sangat wajar jika mereka tidak bisa mengajar anak atau cucunya. Karena cara mengajar terhadap anak-anak seperti ini butuh sentuhan khusus dari hati.” kata Sri Aminah.

Guru-guru selama ini terkadang mengajar lewat video call karena tidak mungkin mengajar untuk anak difabel dengan zoom secara bersamaan. Setiap anak beda daya tangkap dalam menerima pelajaran, beda pula cara mengajar.

Baca Juga: Panik! Anggota Satpol PP Kabupaten Majalengka Ketakutan Saat Disuntik Vaksin

Cara mengajar harus dilakukan secara langsung dengan murid satu per satu.

“Kalau kunjungan ke rumah-rumah juga secara teknis menyulitkan karena jarak rumah murid sangat jauh. Ada yang dari Kecamatan Ligung, di Cikijing, ada yang dekat dari Panyingkiran namun untuk sampai ke rumahnya juga jalan curam,” kata seorang guru.

Makanya jika Satgas Covid-19 mengizinkan tatap muka, pihak sekolah segera membuka tatap muka agar murid bisa belajar dengan baik dan lebih maksimal.

Baca Juga: Ernest Prakasa Posting Kabar Duka, Merasa Kehilangan Orang yang Jadi Panutan

Sementara itu Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Majalengka Toto Sumianto mengaku banyak mendapat surat pengaduan dan keluhan dari orang tua murid yang mendesak pembelajaran tatap muka.

Hal ini menurutnya harus menjadi bahan pertimbangan bagi Satgas, terutama bagi daerah-daerah atau desa yang di wilayahnya tidak terdapat kasus Covid-19.

“Harus ada klasifikasi wilayah mulai kecamatan hingga desa. Satu kecamatan mungkin saja hanya satu atau dua desa yang terdapat kasus, desa lainnya zona hijau. Jadi sekolah di wilayah zona hijau diharapkan bisa melakukan tatap muka dengan protokol kesehatan atau pembatasan jumlah murid,” ungkap Toto.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Tags

Terkini

Terpopuler