Ditengah Keterbatasan Fisiknya, Ibu Dua Anak ini Tetap Kreatif dan Semangat Menjalankan Pekerjaan

- 17 Agustus 2021, 23:53 WIB
Atin Sriyatin (33) warga Blok Lamejajar, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka berusaha kreatif mengerjakan seluruh  pekerjaan rumah tangga.
Atin Sriyatin (33) warga Blok Lamejajar, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka berusaha kreatif mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Ditengah keterbatasan fisiknya Atin Sriyatin (33) warga Blok Lamejajar, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka berusaha kreatif mengerjakan seluruh  pekerjaan rumah tangga hingga membantu pekerjaan suami sebagai tukang jahit.

Padahal kedua tangan Atin tak memiliki jari juga salah satu kakinya mengalami hal sama, namun berkat kegigihannya untuk belajar dia mampu menjahit dengan tangan sendiri atau mengoperasikan mesin jahit, memasak dan mencuci pakaian serta semua  pekerjaan rumah lainnya.

Ditemui di rumahnya, Senin 16 Agustus 2021, Atin tengah memasang kancing baju pesanan konsumen hasil jahitan suaminya, dengan kedua tangan yang tanpa jari dia tetap terampil memasang kancing dan memasukan benang ke jarum tangan, hanya butuh beberapa menit untuk memasang seluruh kancing baju.

Baca Juga: Rocky Gerung: Isi Sidang Tahunan MPR Hanyalah Pujian Terhadap Presiden, Tidak Ada Evaluasi Sama Sekali

Cara memasukan benang ke jarum dia berusaha menjepit gulungan benang dengan kedua lututnya sambil duduk bersimpuh, jarum yang akan digunakan ditusukan ke gulungan benang yang ada di lututnya.

Setelah itu baru benang dimasukan ke lubang jarum. Diapun mampu menggunting benang dengan kedua lengannya dengan terampil tanpa bantuan suaminya.

Setelah itu dia meletakan kancing baju diposisi seharusnya, baru dia memulai memasang kancing dengan menusukan  jarum  ke lubang kancing hingga selesai.

Baca Juga: IKA Unpar Berbagi Kasih dengan Sesama di Tengah Pandemi yang Masih Melanda

Setelah itu dia berusaha menyetrika pakaian yang sudah selesai dijahit dan dipasang kancing, kemudian merapikannya sesuai lipatan baju, layaknya orang yang memiliki organ tibuh dengan sempurna.

Dalam keseharainnya diapun mencuci pakaian semua anggota keluarganya dengan manual, menggilas baju, membersihkannya tanpa memgalami hambatan apapun, dan hasil cuciannya bersih.

Atin yang lulusan SMU 2 Majalengka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan berusaha untuk terus belajar.

Bahkan menurut Atin, begitu lulus SMA di Tahun 2007 lalu, dia diajak kakanya untuk bekerja di Palimanan menjahit payet baju pengantin selama dua tahunan, namun majikannya berhenti membuat baju pengantin hingga diapun berhenti bekerja.

Baca Juga: Target Vaksinasi Merdeka di Kabupaten Majalengka Sebanyak 5200 Orang Selama 17 hari

“Waktu itu saya ingin terus bekerja namun sulit mencari pekerjaan seperti saya. Suatu saat ada yang menawari bekerja sebagai asisten rumah tangga di Cikarang, saya pikir daripada nganggur akhirnya saya menjadi ART di Cikarang,” ungkap Atin.

Tiga tahun dia menjadi ART di Cikarang di dua keluarga. Pagi hingga sore bekerja di rumah majikan yang pertama, malamnya dia bekerja ditempat lain juga sebagai asisten rumah tangga, menjelang tengah malam baru pulang kembali untuk tidur.

“Saya bekerja di dua keluarga, pagi gingga sore di rumah majikan yang pokok, malamnya bekerja di tempat lain atas seijin majikan.

Bekerja malam karena waktu itu gaji tidak dibayar bulanan, hanya saat mau pulang kampung gaji baru dibayar sementara saya butuh jajan punya kebutuhan lain untuk kepentingan pribadi juga.

Baca Juga: Lebih dari 1 Juta Warga di AS Mendapat Dosis Vaksin Corona Ketiga Sebelum Persetujuan FDA

Jadi untuk jajan dan kebutuhan pribadi bulanan diperoleh dari kerja malam hari, nyetrika, bersih-bersih dan lain-lain, Alhamdulillan semua pekerjaan selesai alaupun di dua rumah,” ungkap Atin yang mengaku mendapat gaji Rp 300.000 per bulan dan dari kerja malam hari mendapat gaji Rp 150.000 per bulan.

Di tempat kerja di Cikarang tersebut dia bertemu dengan suaminya M Yusuf asal Sukabumi yang menjadi tukang jahit di sebuah tempat konfeksi.

Dari pertemuannya selama beberapa bulan hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Setelah menikah mereka memilih tinggal di Lamejajar tempat kelahiran Atin dan membuka jahitan pakaian.

Baca Juga: Studi Sri Lanka: Vaksin Sinopharm Efektif Melawan Varian Delta

Uang hasil kerja di Cikarang mereka belikan sebuah mensin jahit dan mesin obras, merekapun mulai merintis usaha jahitan melalui fb dan membuka jahitan di rumah.

“Sempat ngontrak kamar Rp 500.000 sebulan, tapi akhirnya kembali ke rumah orang tua, kini rumah orang tua disekat,” ungkap Atin.

Kini Atin dan Yusuf tinggal di rumah berkuan kurang lebih 2 ,5 m X 7 m, rumah sederhana dengan satu kamar tidur, dapur,tempat jahit dan ruang tamu dengan pososi memanjang.

Dilarang sekolah kemudian berprestasi

Atin anak bungsu dari enam bersaudara mengaku sempat dilarang ayahnya Suanda (alm) untuk sekolah dengan alasan kasihan takut diejek temannya.

Namun berkat keinginannya yang keras dan terus berusaha belajar menulis akhirnya ayahnya mengijinkan sekolah SD diusia 7 tahun.

Ketika sekolah di SD dia terus menjadi juara kelas demikian juga saat SMP hingga selama sekolah SMP dia mendapat bea siswa.

“Waktu masu sekolah bapa terus melarang karean mungkin kasihan, tapi saya terus belajar untuk menunjukan bahwa saya bisa menulis  dan berhitung, dan akhirnya mengjinkan sekolah. Malah di  SMP semua biaya sekolah dibayar dari bea siswa,” kata Atin.

Baca Juga: 7 Minuman Mengandung Vitamin C yang Dapat Meningkatkan Imunitas Tubuh

Usai tamat SMP ayahnya kembali melarang melanjutkan sekolah dengan alasan yang sama, namun Atin mengaku tetap memaksa untuk masuk SMA dan akhirnya diterima di SMA Negeri 2 Majalengka.

Dia tak pernah memiliki hambatan apapun ketika sekolah di SMA, hanya katanya prestasinya tidak sebagus semasa di SMP karena banyaknya saingan.

“Hanya waktu SMA kurang banyak teman, tak ada yang menemani karena mungkin saya seperti ini, jadi ya sendirian saja,” kenang Atin yang kini telah dikaruniai dua orang anak, usia SD dan anak bungsunya baru tiga tahunan.

Atin pun kini menjadi kebanggan suaminya Yusuf karena terampilnya mengurus rumah tangga serta membantunya mengerjakan pekerjaan menjahit pakaian.

Baca Juga: Negara Bagian California Akan Memberlakukan Mayat Manusia Jadi Kompos

Pasangan suami istri inipun tak pernah mengeluh walau selama masa pandemi sepi orderan dan tak pernah mendapat bantuan sosial apapun dari pemerintah, sedangkan warga lain di kampungnya yang kondisi sekonominya lebih baik justru mendapat bantuan dari berbagai program.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah