ZONA PRIANGAN - Pepengeng atau tonggeret sejenis serangga anggota sub ordo cicadomorpha ordo homotera disejumlah wilayah di Majalengka menjadi sajian makanan yang lezat dengan harga yang lumayan mahal jika dibanding dengan belalang.
Pepengeng ini muncul menjelang sore atau menjelang magrib. Adanya diareal pesawahan yang kondisi padinya masih muda atau menjelang berbunga, karena makananya mengisap air padi yang masih berasa manis. Atau diperkebunan tebu yang kondisi tanamannya juga masih sangat muda.
Tak heran jika kini masyarakat yang berusaha mencari pepengeng ini adalah masyarakat yang berada disekitar areal pesawahan atau perkebunan tebu seperti Pasiripis, Sukakerta, Sukamulya. Menjelang sore pepengeng muncul bersuara sangat nyaring dan cukup lama “ngengngeng”.
Hewan ini ada saat musim penghujan. Warna bulunya bening tembus pandang, badannya berwarna hijau, hanya ketika menjelang usia tua warnanya kecoklatan setelah itu berwarna hitam.
Untuk menangkap pepengeng ini harus cermat, mendengar dari mana arah suara. Setelah itu dicari dan didapat dari rumpun padi bagian bawah atau jika di pohon tebu maka akan ditemui di bagian pucuk.
Kini masyarakat di beberapa daerah di Kecamatan Kertajati seperti Pasiripis, Sukakerta, Sukamulya, Pakubeureum dan sejumlah wilayah lainnya tengah musim menangkap serangga tersebut untuk diolah menjadi hidangan yang lezat.
Menurut keterangan Dali (43) dan Obay (49) warga Desa Sukakerta, di wilayahnya kini banyak masyarakat yang sengaja mencari pepengeng karena tengah musim. Hasilnya ada yang diolah sendiri untuk teman nasi ada pula yang dijual seharga Rp30 ribu per satu botol air mineral ukuran 600 ml.
Pepengeng biasa muncul pada saat musim penghujan mulai Desember, Januari hingga Februari.
“Makannya bukan rumput seperti belalang tapi mengisap manisnya batang muda, dari bagian mulutnya semecam ada jarum untuk mengisap,” kata Wisnu penggemar olahan pepengeng.
Baca Juga: Novak Djokovic Diragukan Bisa Tampil di Prancis Terbuka dan AS Terbuka karena Aturan Soal Vaksinasi
Disampaikan Asep Trisno warga Desa Pakubeureum yang juga menggemari tonggeret, di wilayahnya dulu ketika masih banyak tanaman bambu masyarakat biasa menangkap tonggeret untuk dikonsumsi. Sayangnya kini terbatas sehingga sedikit sulit untuk diperoleh, tapi warga yang gemar tetap mencarinya di sawah.
Cara pengolahan tonggeret ini ada yang dimasak dengan bumbu balado ada pula yang dimasak asam seperti halnya belalang. Namun kedua bumbu olahan ini sama-sama enak dan gurih. Ini bisa dinikmati untuk mimun kopi ataupun lauk nasi.
Cara mengolahnya menurut Ai, pepengeng terlebih dulu dibuang sayapnya, setelah itu di cuci dan digoreng hingga matang. Setelah itu baru memasak bumbu sesuai kesukaan dan pepengeng dimasukan ke dalam bumbu baru dihidangkan.
“Pepengeng betina lebih enak dibanding jantan karena ada telurnya,” kata Ai.***