“Usus, ceker, ati atau kepala bebek atau ayam memanfaatkan barang yang ada, kebetulan rumah makan yang saya siapkan menunya bebek bakar dan goreng, ayam, pedesan entog, sup, capcay.
Nah bebek dan ayam yang dijual ke konsumen hanya paha dan dada, selebihnya tidak dijual. Itu diantaranya yang saya masak untuk makan gratis serta sayuran yang ada di rumah. Cara masaknya setiap hari berganti agar mereka yang makan gratis juga tidak bosan, atau kadang juga menyiapkan nasi goreng,” ungkap Nuvi yang katanya setiap hari menyediakan sekitar 40 hingga 100 forsi tergantung ketersediaan bahan.
Makan gratis disiapkan mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, sementara rumah makan sudah buka sejak pukul 11.00 WIB.
Mereka yang makan gratis ini diantaranya, pengamen, grab, pengemudi. pedagang kali lima yang dorong, cuanki, mahasiswa dan pelajar , pengendara atau kadang pula mereka yang kebetulan melintas .
Mereka yang makan gratis dan berbayar tetap berbaur, tidak ada penyekatan tempat duduk bagi semua yang datang ke warung nasi tersebut.
“Kalau makan sudah siap, saya kadang share ke kelompok grab karena mereka kan punya komunitas, atau ke siapa saja agar pesan bsia sampai dan makanan yang disiapkan bisa habis,” kata Nuvi yang berharap makan gratis bisa terus dilakukannya selama rumah makannya berdiri.
Sementara itu Rido mengaku sudah beberapa kali datang, alasanya menghemat uang agar penghasilan bisa sepenuhnya untuk keluarganya.
“Kalau dagangan sepi datang ke sini, kalau rame ya tidak juga biar makan gratisnya untuk orang lain dulu,” ungkap Rido.