Menurutnya, minimal dengan anggaran sebesar itu, satu desa dalam setahun bisa merealisasikan 1.000 lubang cerdas organik.
Dengan banyaknya pembuatan lubang cerdas organik, dapat menanggulangi dan meminimalisir ancaman banjir.
Di Kabupaten Bandung itu mencapai 270 desa dan 10 kelurahan, satu lubang cerdas organik bisa menyerap air minimal mencapai 1 meter kubik.
"Jadi di kala turun hujan, air bisa terserap melalui lubang cerdas organik tersebut," ucap Jajang.
Pemberdayaan masyarakat
Ia menuturkan, karena pentingnya pembuatan lubang cerdas organik itu, minimal satu hari di masing-masing desa maupun kelurahan bisa membuat empat lubang cerdas organik dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat.
Yang jelas dengan adanya pembuatan lubang cerdas organik, selain dapat meresap air hujan juga untuk menampung sampah organik dari sisa rumah tangga.
"Itulah pentingnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terkait fungsi dan manfaat lubang cerdas organik," tambahnya.
Ia pun meyakini dengan pembuatan lubang cerdas organik dapat mengurangi genangan air atau ancaman banjir. Selain itu dapat mengurangi tumpukan sampah rumah tangga di tempat pembuangan sampah sementara maupun tempat pembuangan sampah akhir.
"Dengan pembuatan lubang cerdas organik ini dapat mengimbangi jumlah penduduk di Kabupaten Bandung, di antaranya dari sisa sampah organik yang dihasilkan oleh masing-masing warga. Satu warga itu bisa menghasilkan 1,4 kg sampah per hari," katanya.