Biaya Lebih Murah, Pesawat Antariksa Photon untuk Misi ke Mars pada 2024

17 Juni 2021, 22:06 WIB
Ilustrasi pesawat antariksa Photon mendekati Mars.* /Rocket Lab/

ZONA PRIANGAN – Perusahaan antariksa Rocket Lab dipercaya oleh Universitas California-Berkeley untuk membangun dua pesawat antariksa.

Perusahaan yang berbasis di California itu akan tercatat dalam sejarah untuk pembuatan pesawat antarplanet berbiaya murah.

NASA berencana meluncurkan misi, yang disebut Escapade (Escape and Plasma Acceleration and Dynamics Explorers) pada 2024 dengan anggaran USD55 juta atau sekitar Rp785 miliar.

Baca Juga: 60 Orang di China Sudah Mendaftar Ketika Meninggal Ingin Dihidupkan Kembali

Salah satu tujuan utama misi ini adalah menunjukkan bahwa eksplorasi antarplanet bisa dicapai dengan biaya yang murah.

Rocket Lab mengumumkan kontrak tersebut, yang menjelaskan bahwa ia akan menggunakan platform pesawat antariksa Photon, untuk membangun pengorbit kembar.

Perusahaan ini sebelumnya telah meluncurkan satu Photon ke orbit Bumi dan berencana membangun satu lagi untuk misi NASA yang akan datang.

Baca Juga: 60 Persen Pria Salah Mencuci Penis, Ini Dampak yang Akan Ditanggungnya

Perusahaan ini dikenal karena peluncur kecilnya, roket Electron, yang meluncurkan berbagai satelit ukuran kecil.

Misi ke Mars ini “akan mempertunjukan pendekatan hemat biaya untuk eksplorasi planet yang akan meningkatkan akses komunitas sains pada tata surya,” kata CEO Rocket Lab Peter Beck seperti dikutip UPI.com.

Tujuan program ini adalah memiliki dua set instrumen untuk mengambil pengukuran yang sama atmosfer Mars dan angin matahari di dua lokasi berbeda, kata Rob Lillis, direktur sains planet di Universitas California-Berkeley.

Baca Juga: Overdosis Parasetamol Akibatkan Mual, Gagal Ginjal, Kerusakan Otak hingga Kematian

Khususnya, misi ini untuk memahami magnetosfer Planet Mars, yang lebih lemah dibanding Bumi.

Lapisan magnet atau magnetosfer adalah sebuah kawasan yang dimuati partikel yang mana angin matahari berinteraksi dengan atmosfer bagian teratas.

"Kami ingin memahami respon real-time dari atmosfer Mars yang berubah dengan adanya angin matahari, dan bagaimana planet merah ini kehilangan atmosfernya,” kata Lillis.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: UPI.com

Tags

Terkini

Terpopuler