Apa Itu 'FDPR' dan Mengapa AS Menggunakannya untuk Menghambat Perkembangan Teknologi China?

- 9 Oktober 2022, 05:30 WIB
Chip semikonduktor terlihat pada papan sirkuit komputer dalam gambar ilustrasi yang diambil 25 Februari 2022.
Chip semikonduktor terlihat pada papan sirkuit komputer dalam gambar ilustrasi yang diambil 25 Februari 2022. /REUTERS/Florence Lo/Ilustrasi/File Photo

ZONA PRIANGAN - Foreign Direct Product Rule (FDPR) atau aturan produk asing langsung pertama diterapkan oleh AS kepada Huawei. Lalu, mereka menggunakannya kepada Rusia dan sekarang mengejar superkomputer China.

Aturan yang tidak banyak diketahui ini, memungkinkan regulator AS untuk memperluas kekuatan kontrol terhadap ekspor teknologi mereka jauh melampaui perbatasan Amerika untuk transaksi antara negara asing dan China.

FDPR pertama kali diperkenalkan pada 1959 untuk mengontrol perdagangan teknologi AS. Jika suatu produk dibuat menggunakan teknologi AS, pemerintah AS memiliki kekuatan untuk menghentikannya agar tidak dijual, termasuk produk yang dibuat di negara asing.

Baca Juga: Biaya Produksi iPhone 14 Lebih Mahal 20 Persen dari iPhone 13, Mencapai Level Tertinggi Sepanjang Masa

Pada hari Jumat, pejabat AS menerapkan aturan untuk komputasi canggih dan industri superkomputer China untuk menghentikannya dari mendapatkan chip komputasi canggih.

Aturan FDPR menjadi pusat perhatian pada Agustus 2020, ketika dijatuhkan kepada perusahaan Huawei Technologies Co Ltd. Pejabat Amerika mencoba menghentikan pasokan semikonduktor Huawei, tetapi perusahaan masih mengirimkan chip Huawei yang dibuat di pabrik di luar Amerika Serikat.

Akhirnya, regulator AS menemukan sejumlah fakta, di mana hampir semua pabrik chip menggunakan alat penting dari pemasok AS. Jadi mereka memperluas FDPR untuk mengontrol perdagangan chip yang dibuat menggunakan teknologi AS.

Baca Juga: Setelah Dibongkar, Ternyata Jeroan Google Pixel 7 Pro Tidak Banyak Berubah sejak Tahun Lalu

Langkah itu merupakan pukulan telak bagi bisnis ponsel pintar Huawei, dan regulator AS menggunakannya di Rusia dan Belarusia setelah invasi Ukraina untuk memangkas pasokan chip.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x