Gula Semut Asal Pangandaran Laris Manis Hingga ke Jakarta dan Bali

- 26 Juli 2020, 21:40 WIB
Produksi rumahan gula semut yang ditekuni oleh warga Desa Sukasari, Kecamatan Langkaplancar Kab Pangandaran bisa menembus pasaran hingga ke Jakarta dan Bali, Minggu, 26 Juli 2020.*/AGUS KUSNADI/KABAR PRIANGAN
Produksi rumahan gula semut yang ditekuni oleh warga Desa Sukasari, Kecamatan Langkaplancar Kab Pangandaran bisa menembus pasaran hingga ke Jakarta dan Bali, Minggu, 26 Juli 2020.*/AGUS KUSNADI/KABAR PRIANGAN /
ZONA PRIANGAN- Pangandaran kaya akan potensi alamnya yang bisa digali dan dikembangkan.
 
Selain sektor pariwisata, Pangandaran pun memiliki kekayaan akan hasil buminya.
 
Seperti yang terlihat di Desa Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar yang berada di wilayah pengunungan, sejumlah warga memanfaatkan pohon kawung atau disebut pohon aren yang banyak tumbuh alami di dalam hutan. 
 
 
Selain memanfaatkan buahnya (kolang kaling), warga setempat juga memanfaatkan airnya yang disadap sebagai bahan pembuat gula semut.
 
Cucu Abdul Hamid salahsatu pengrajin gula semut warga Dusun Sukasari, Desa Bangunjaya, Kec Langkaplancar mengatakan, dia bersama 7 orang warga didesanya berhasil membuat gula semut hingga menembus pasaran hingga ke luar Pangandaran.
 
Menurut Cucu, hanya dengan bermodalkan semangat untuk mengembangkan usaha nya, dengan menggunakan peralatan yang sederhana, bisa menembus pasaran sampai ke Jakarta dan Bali.
 
 
Hanya saja kata dia, minimnya peralatan yang masih manual dan cara pengemasan yang masih tradisional menjadi kendala dalam pemasaran.
 
"Mulai dari penyadapan hingga ke produksi hanya mengandalkan tangan dan alat seadanya," kata Cucu, Minggu, 26 Juli 2020.
 
Untuk proses penjemuran pun kata Cucu, mengandalkan terik sinar matahari yang dijemur didepan halaman rumah. Hingga saat ini dirinya baru bisa menyanggupi permintaan sebanyak 2 kwintal gula semut perbulannya meski kemasannya masih dari plastik biasa.
 
 
"Mungkin kalo pakai mesin maupun open pengering akan jauh lebih banyak lagi hasil produksinya dan bisa memproduksi dikala musim hujan," ujar Cucu, seraya dirinya menambahkan, untuk pengembangan usaha terbentuk dengan permodalan yang masih sangat minim.
 
Ternyata keberadaan usaha rumahan yang ditekuni oleh Cucu dan teman-teman nya tersentuh oleh seorang peneliti untuk memberikan masukan-masukan terkait hasil produksi gula semut dan proses pengemasan yang dinilai masih sederhana.
 
Saat diwawancarai, Ahmad Taqiyuddin Ibnu Syihab, Peneliti dari Epistema Institute Jakarta mengapresiasi ketekunan usaha tradisional yang ditekuni warga di Desa Bangunjaya Langkaplancar dan perlu didorong oleh pemerintah daerah.
 
 
"Untuk hasil produksi gula semut nya sudah bagus, tinggal kemasannya yang harus diperbaiki.
 
Karena berada daerah sudah memiliki peraturan daerah untuk melarang penggunaan kemasan dari plastik," ujar Ahmad.
 
Maka dirinya menyarankan agar pengemasan gula semut dengan cara memanfaatkan bambu sebagai tempatnya.
 
 
Tidak hanya itu, menurut Ahmad, dirinya juga ingin meneliti pohon aren yang disadap oleh warga sebagai bahan pembuat gula semut.
 
"Saya lihat pohon aren itu kan tumbuh alami. Tidak sengaja ditanam.
 
Biasanya buah aren itu di makan sama hewan seperti luak sehingga bijinya masih utuh dan tumbuh menjadi pohon aren.
 
 
Nah itu saya akan teliti untuk meningkatkan nilai jual,"
pungkasnya.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x