Tujuan mereka adalah untuk lebih memahami bagaimana anjing berpikir dan memecahkan masalah, serta bagaimana kemampuan ini berkembang dan berubah seiring waktu.
Penelitian mereka juga berfungsi untuk memahami bagaimana pengalaman individu dan gen anjing berkontribusi pada keterampilan ini. Ini dapat memiliki implikasi dunia nyata untuk anjing penolong.
Untuk penelitian ini, para peneliti bekerja dengan 375 anjing layanan pemula berusia delapan minggu yang memiliki riwayat pemeliharaan yang sama dan silsilah yang diketahui akan kembali beberapa generasi, menguji mereka pada tugas-tugas tertentu.
Tim peneliti tahu bagaimana hubungan semua anak anjing satu sama lain, sehingga mereka kemudian dapat menggunakan informasi ini untuk membangun model statistik yang menilai faktor genetik versus lingkungan.
Baca Juga: Road to IMX 2021 Series: Virtual Stage Makassar, Menandai Bergeliatnya Industri Modifikasi Sulawesi
Temuan menunjukkan bahwa anak anjing terampil dalam komunikasi sosial yang mengandalkan gerak tubuh dan kontak mata. Komunikasi ini hanya bekerja ketika orang juga memulai interaksi dengan berbicara kepada anak anjing dengan suara bernada tinggi.
Tanpa seseorang yang memulai komunikasi, anak-anak anjing kebanyakan tidak mencari jawaban dari orang-orang dalam tugas di mana makanan dikunci dalam wadah plastik, misalnya.
"Sejak usia muda, anjing menampilkan keterampilan sosial seperti manusia, yang memiliki komponen genetik yang kuat, yang berarti kemampuan ini memiliki potensi yang kuat untuk menjalani seleksi," ujar Bray.