Pada titik tertentu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menentukan kapan cukup banyak negara telah mengurangi kasus COVID-19 mereka secara memadai, atau setidaknya rawat inap dan kematian, untuk menyatakan pandemi secara resmi berakhir. Persisnya seperti apa ambang batas itu hingga kini tidak jelas.
Bahkan ketika itu terjadi, beberapa bagian dunia masih akan berjuang, terutama negara-negara berpenghasilan rendah yang kekurangan vaksin atau perawatan yang cukup. Sementara yang lain lebih mudah bertransmisi yang oleh para ilmuwan disebut sebagai negara "endemik".
Mereka adalah perbedaan yang kabur, kata pakar penyakit menular Stephen Kissler dari Harvard TH Chan School of Public Health. Dia mendefinisikan periode endemik sebagai semacam kondisi mapan yang dapat diterima untuk menangani COVID-19.
Krisis Omicron menunjukkan bahwa kita belum sampai di sana, tetapi "Saya pikir kita akan mencapai titik di mana SARS-CoV-2 endemik seperti halnya flu yang endemik," katanya.
Sebagai perbandingan, COVID-19 telah membunuh lebih dari 800.000 warga Amerika Serikat dalam dua tahun, sementara flu biasa membunuh antara 12.000 dan 52.000 per tahun.
Seberapa banyak penyakit dan kematian COVID-19 yang berkelanjutan yang akan dihadapi dunia, sebagian besar merupakan pertanyaan sosial, bukan pertanyaan ilmiah.
"Kami tidak akan sampai pada titik di mana ini 2019 lagi," kata Dr. Amesh Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
"Kita harus membuat orang berpikir tentang toleransi risiko," tambahnya.