Wapada! Pandemi Covid-19 Berdampak Besar pada Kesehatan Mental, Ini Penjelasan Psikiater

31 Desember 2020, 16:41 WIB
Badan amal Mind mengatakan pada November lebih banyak orang mengalami krisis kesehatan mental selama pandemi Covid-19 dibanding catatan sebelumnya.* /Pixabay/

ZONA PRIANGAN - Pandemi Covid-19 bisa berdampak besar pada kesehatan mental sejak Perang Dunia Kedua, menurut psikiater terkemuka Dr Adrian James.

Presiden Psikiatri dari Royal College, Inggris ini juga memperingatkan, saat virus corona tersebut sudah bisa dikendalikan, tetap saja akan memiliki konsekuensi jangka panjang.

Ini kemungkinan menjadi pukulan terbesar pada kesehatan mental sejak Perang Dunia Kedua.

Baca Juga: Tiga Relawan Meninggal setelah Menerima Vaksin Covid-19, Dokter: Korban Tewas Tersambar Petir

Bahkan tidak akan berhenti saat virus ini bisa dikendalikan dan masih ada pasien di rumah sakit.

"Anda akan membayar dana yang tidak sedikit dalam konsekuensi jangka panjang,” kata James kepada Guardian, yang dikutip laman dailymail.co.uk, baru-baru ini.

Kematian orang-orang tercinta karena virus corona, ditambah dengan pengangguran massal dan efek sosial dari pembatasan atau lockdown semuanya akan terdokumentasi dengan baik dalam benak para korban.

Baca Juga: Tubuh Tiba-tiba Ada Memar, Hati-hati Anda Berarti Sudah Terserang Penyakit Mematikan Ini

Sebuah badan amal untuk masalah kesehatan mental, Mind, menggambarkan situasi Natal beberapa waktu lalu disebut sebagai darurat kesehatan mental.

Ditambah lagi bahwa 2020 menjadi tahun kegelisahan dan ketidakpastian, ini akan menggiring banyak orang untuk membutuhkan pelayanan kami dibanding sebelumnya.

Badan amal Mind mengatakan, pada November lalu lebih banyak orang mengalami krisis kesehatan mental selama pandemi Covid-19 dibanding catatan sebelumnya.

Baca Juga: Kaum Pria Pasti Malu Menderita Penyakit Ini tapi Cobalah Ramuan Daun Pandan untuk Mengatasinya

Mind mencatat, ada 15 persen peningkatan orang-orang yang menderita krisis kesehatan mental di Inggris dari Maret hingga Juli tahun ini.

Tercatat sebanyak 2.276 terjadi pada Juli 2020 dibanding bulan yang sama tahun lalu.

Dr James mengomentari krisis Covid-19 di Inggris yang terus membengkak, dengan jutaan lebih orang menghadapi pembatasan untuk mengendalikan penyebaran cepat wabah ini.

Baca Juga: 7 Fakta Mengagetkan dari Bayi, Nomor 6 Sering Membuat Ibu-ibu Mengira Anaknya Meninggal

Para dokter dan tenaga kesehatan menghadapi ketakutan berbagai rumah sakit akan kebanjiran pasien dengan munculnya Covid-19 strain baru yang penyebarannya lebih cepat.

Dr James juga berkomentar menanggapi sebuah laporan pada Oktober lalu yang memperingatkan lebih dari 10 juta orang, termasuk 1,5 juta anak-anak, akan membutuhkan dukungan kesehatan mental.

Mereka akan lebih banyak membutuhkan bantuan karena depresi dan kegelisahan, menurut analisis dari Pusat Kesehatan Mental Inggris.

Baca Juga: Cina Ingin Mengatur Cuaca Dunia, Kini Giliran Korea Selatan Ciptakan Matahari Buatan

Namun mungkin juga mereka menderita kondisi yang lebih parah seperti gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder, PTSD).

Biasanya hal itu berhubungan dengan pelayanan pribadi akibat konflik bersenjata.

Sebanyak 42 pakar terkemuka memperingatkan bahwa intervensi pembatasan menyeluruh pada kehidupan masyarakat akan memicu lonjakan bunuh diri.

Baca Juga: Indonesia Siap Memproduksi Aki Litium, Bagian dari Rencana Ekspor Mobil Listrik

Bisa juga kasus melukai diri, selain itu banyaknya pecandu alkohol dan penyalahgunaan domestik.

Dalam sebuah surat terbuka kepada Pemerintah Inggris, para penandatangan berpendapat semakin lama diberlakukan lockdown, kerusakan akan semakin besar.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: The Guardian Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler