Survei Membuktikan Bahwa Seorang Vegetarian dan Perokok Memiliki Risiko Rendah Tertular Virus Corona

19 Januari 2021, 00:01 WIB
Survei membuktikan bahwa seorang vegetarian dan perokok memiliki risiko rendah tertular virus Corona. /Pixabay
ZONA PRIANGAN - Pandemi virus corona telah mempengaruhi jutaan nyawa di seluruh dunia.
 
Meskipun ada pemberlakuan 'lockdown' yang sangat ketat, pembatasan dan cara hidup baru dengannya, pandemi telah berlangsung lebih dari setahun dan sepertinya tidak akan berakhir.
 
Namun para ilmuwan dan peneliti menemukan hal-hal baru tentangnya setiap hari untuk mempermudah memerangi virus.
 
Baca Juga: Cek Fakta: Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Prajurit TNI Ini Langsung Meninggal Dunia
 
Sekarang, dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) di hampir 40 institutnya, perokok dan vegetarian ditemukan memiliki seropositif yang lebih rendah, yang menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki risiko lebih rendah untuk terinfeksi oleh virus corona.
 
Studi yang mengambil sampel 10.427 individu dewasa yang bekerja di laboratorium atau institusi dan anggota keluarga mereka.
 
Berdasarkan partisipasi sukarela, untuk menilai keberadaan antibodi terhadap SARS-CoV-2, juga menemukan bahwa mereka yang bergolongan darah 'O' mungkin saja kurang rentan terhadap infeksi, sementara orang dengan golongan darah 'B' dan 'AB' berisiko lebih tinggi.
 
Baca Juga: Tim SAR Gabungan Tuntaskan Pencarian, Temukan Seluruh Korban Longsor Sumedang, Operasi SAR Ditutup
 
Studi yang dipimpin oleh CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology (IGIB), Delhi mengatakan bahwa dari 10.427 individu, 1.058 (10,14 persen) memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.
 
Shantanu Sengupta, ilmuwan senior di IGIB mengungkapkan bahwa tindak lanjut pada 346 individu seropositif di antara sampel setelah tiga bulan menunjukkan tingkat antibodi yang 'stabil' hingga 'lebih tinggi' terhadap SARS-CoV-2, tetapi penurunan aktivitas plasma untuk menetralkan virus.
 
Pengambilan sampel berulang dari 35 orang, pada enam bulan, menunjukkan penurunan kadar antibodi sementara antibodi penetral tetap stabil dibandingkan dengan tiga bulan.
 
Baca Juga: Selama Dua Pekan, Polres Majalengka Ungkap Empat Kasus Narkoba
 
Namun, baik antibodi normal maupun antibodi penetral jauh di atas ambang batas yang dibutuhkan, tambahnya.
 
Selain informasi demografis, formulir online yang diisi sendiri membantu memperoleh data tentang golongan darah, jenis pekerjaan, kebiasaan termasuk merokok dan alkohol, preferensi diet, riwayat kesehatan dan jenis transportasi yang digunakan untuk menilai kemungkinan faktor risiko.
 
"Mereka yang menggunakan angkutan umum, non-perokok dan non-vegetarian, ditemukan memiliki seropositif lebih tinggi menurut penelitian," kata Sengupta, seperti dikutip Zona Priangan dari NDTV.
 
Baca Juga: Praktik Perdagangan Orang dengan Modus Pekerja Migran Indonesia Ilegal Diungkap Polres Majalengka
 
"Kehadiran antibodi semacam itu adalah penanda infeksi dan pemulihan yang dapat diandalkan.
 
Namun, beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak mengembangkan antibodi," kata Anurag Agrawal, direktur IGIB.
 
Makalah tersebut menyimpulkan bahwa merokok, vegetarianisme dan golongan darah 'A' atau 'O' tampaknya melindungi, menggunakan seropositif sebagai pengganti infeksi.
 
Baca Juga: Cina Diam-Diam Telah Membangun Desa Di Arunachal, Desa Baru di Perbatasan India-China
 
Sengupta mengatakan ini untuk pertama kalinya sebuah penelitian dilakukan di India, di mana individu telah dipantau selama tiga bulan (35 individu) hingga enam bulan (346 individu) untuk antibodi, termasuk mereka yang memiliki kemungkinan aktivitas penetral.
 
“Kami melakukan tes antibodi normal dan tes anti-tubuh netralisasi untuk memahami prevalensi dan durasi antibodi,” tambahnya.***
Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler