Tiga Ledakan di Bandara Aden Berasal dari Rudal yang Mirip Dimiliki Houthi Yaman

31 Maret 2021, 21:18 WIB
Ilustrasi ledakan rudal.* /Pixabay /Jeff Kingma

ZONA PRIANGAN - PBB menerima laporan bahwa dua rudal yang meledak di Bandara Aden Yaman, jenisnya mirip dengan yang biasa digunakan Houthi.

Ledakan rudal yang terjadi di Bandara Aden pada 30 Desember 2020 menewaskan 20 orang dan 100 orang lainnya menderika luka-lukan.

Korban tewas di antaranya Wakil Menteri Pekerjaan Umum Yaman. Namun kelompok Houthi menyanggah semua tuduhan itu.

Baca Juga: Ajaib, Seorang Siswa Dinyatakan Meninggal dan Organnya Siap Didonorkan Ternyata Bangkit Hidup Lagi

Baca Juga: Chef Terkenal Tewas Secara Tragis, Nyawanya Tak Tertolong Setelah Tertimpa Pohon Tumbang

Dalam laporan yang diterima PBB, diketahui rudal ditembakan dari Bandara Taiz. Dua rudal lainnya diluncurkan dari pusat pelatihan polisi di Kota Dhamar.

Bandara Taiz dan pusat pelatihan polisi di Kota Dhamar berada dalam kendali Houthi.

Tiga ledakan terjadi, beberapa menit setelah pesawat yang membawa Perdana Menteri Maeen Abdulmalik Saeed mendarat.

Baca Juga: ISIS Klaim Kuasai Gedung Vital, Bank, dan Pabrik di Kota Palma, Serangan Dilakukan dari 3 Cabang

Baca Juga: Diskon Pembayaran Rekening Listrik Diperpanjang Hingga April 2021, Begini Cara Mendapatkannya

"Penumpang lainnya dalam pesawat tersebut ada anggota kabinet persatuan dan pejabat senior pemerintah," kata laporan itu.

Bandara dihantam oleh tiga rudal balistik permukaan-ke-permukaan berpemandu presisi, jarak pendek, yang membawa hulu ledak fragmentasi.

"Kemungkinan versi jarak jauh dari rudal Badr-1P, yang telah menjadi bagian dari persenjataan Houthi sejak 2018,” tulis laporan itu.

Baca Juga: 11 Tips agar Suami Istri Tidak Bertengkar dan Pernikahan Tetap Bahagia

Baca Juga: Setelah Meninggal, Ada Satu Penyesalan Manusia di Alam Kubur, Ini Jawabannya

Houthi pada Rabu 31 Maret 2021 menolak laporan itu.

"Setiap laporan tentang Yaman, dikeluarkan tanpa komite independen ditolak," kata komandan politik Houthi, Mohammed Ali al-Houthi.

Dikutip Aljazeera Mohammed Ali al-Houthi menegaskan, laporan itu tidak realistis, bias, dan kurang kredibilitas.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler