Seorang Anggota Korps Marinir Tewas pada Pelatihan Terakhir yang Melelahkan

10 Juni 2021, 04:14 WIB
Ilustrasi pelatihan anggota Marinir.* /Pixabay/

ZONA PRIANGAN - Dalton Beals, seorang anggota Korps Marinir tewas dalam latihan The Crucible di Pulau Parris Carolina Selatan, AS.

Pihak berwenang sedang menyelidiki kematian pria berusia 19 tahun itu untuk mengetahui penyebabnya.

Selama ini The Crucible dikenal sebagai tes terakhir pelatihan rekrutmen anggota Korps Marinir.

Baca Juga: Kim Jong-un Hapus Desas-desus Kematiannya, Tampak Kurus saat Pidato di Politbiro Partai

Pelatihan itu dilakukan selama 13 minggu dan disebut-sebut sangat berat dan melelahkan.

Beals lulus pada tahun 2020 dari Pennsville Memorial High School di Pennsville, New Jersey, sekolah tersebut mencatat dalam sebuah posting Facebook.

Beberapa hari sebelum Beals memulai The Crucible, ibunya memposting di Facebook tentang rincian latihan yang melelahkan.

Baca Juga: Tiga Toko Milik Warga Keturunan China Dirusak, Pelaku: Mereka Harus Kembali ke Negaranya

"Langkah terakhir dari perjalanan bayi saya untuk menjadi seorang Marinir!" postingan ibunya Beals di Facebook, yang dikutip ABC News.

The Crucible mengharuskan anggota Korps Marinir melakukan 48 mil hiking dengan membawa peralatan berat.

Anggota Korps Marinir pada pelatihan itu menjalani makan dan tidur yang sangat terbatas.

Baca Juga: Universitas Fudan China Geger, Seorang Profesor Nekat Membunuh Sekretaris Partai Komunis

GoFundMe yang dibentuk untuk membantu keluarga Beals dengan biaya pemakaman mencatat bahwa ia telah ditetapkan untuk lulus dari pelatihan pada 18 Juni.

Ada sejumlah kematian rekrutmen selama bertahun-tahun di Pulau Parris, yang telah melatih Marinir sejak 1915 di pulau di lepas pantai Carolina Selatan.

Pada tahun 2018, seorang hakim menolak gugatan dari keluarga Raheel Siddiqui terhadap The Crucible.

Baca Juga: Ubur-ubur Ungu Menyerang Pantai, Sengatannya Berbahaya, Wisatawan Perlu Waspada

Raheel Siddiqui, seorang rekrutan berusia 20 tahun dari Michigan tewas bunuh diri pada tahun 2016 setelah konfrontasi dengan instruktur latihan di Pulau Parris.

Keluarga Siddiqui membantah bunuh diri itu, mengatakan dia menjadi sasaran karena keyakinan Islamnya.

Beberapa Marinir akhirnya dihukum karena pelecehan, menyusul bukti bahwa instruktur latihan memukul, mencekik, dan menendang anggota baru.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: ABC News

Tags

Terkini

Terpopuler