Virus Corona Varian Delta Menjadi Ancaman Terbesar Terhadap Respons Pandemi Amerika Serikat

23 Juni 2021, 15:05 WIB
Virus Corona varian Delta. /Pixabay.com/fernando zhiminaicela
ZONA PRIANGAN - Varian Delta dari virus corona terbaru yang pertama kali ditemukan di India adalah ancaman terbesar bagi upaya Amerika Serikat untuk memberantas corona di perbatasannya, kata pakar penyakit menular Amerika Serikat dr Anthony Fauci melalui panggilan telfon pada Selasa, 22 Juni 2021.
 
"Penularan tidak diragukan lagi lebih besar dalam varian Delta daripada varian asli corona," kata dr Anthony Fauci, dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV, Rabu 23 Juni 2021.
 
Ia pun menambahkan bahwa ini terkait dengan peningkatan keparahan penyakit.
 
Baca Juga: Korea Utara Lakukan Tes terhadap Orang-orang yang Berindikasi 'Infeksi Pernapasan Akut yang Parah'
 
"Varian Delta menjadi versi penyakit yang dominan secara global," kata kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat.
 
Fauci mengatakan bahwa vaksin yang disahkan di Amerika Serikat, termasuk vaksin Pfizer/BioNTech, efektif melawan varian baru corona.
 
"Kami punya alatnya, jadi mari kita gunakan dan hancurkan wabah ini," kata Fauci.
 
Baca Juga: Viral di Facebook, Babi Hutan Naik Kereta Bawah Tanah di Hong Kong
 
Amerika Serikat gagal mencapai tujuannya untuk memvaksinasi 70% orang dewasa pada 4 Juli dan kemungkinan akan membutuhkan tambahan waktu beberapa pekan untuk mencapai target itu, kata penasihat senior corona Gedung Putih Jeffrey Zients.
 
Zients menambahkan bahwa dia memperkirakan 70% orang dewasa di atas 27 tahun akan mendapatkan setidaknya satu suntikan vaksin corona pada 4 Juli 2021.
 
Lebih dari 150 juta orang di Amerika Serikat, atau lebih dari 45% dari populasi, telah divaksinasi lengkap, menurut data federal yang terakhir diperbarui pada Senin.
 
Baca Juga: Pengguna Ganja dengan Depresi, Lebih Cenderung Berpikir untuk Bunuh Diri
 
Varian Delta berkontribusi terhadap wabah corona yang parah di India selama April dan Mei yang membanjiri layanan kesehatan di negara itu dan menewaskan ratusan ribu orang.***
Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler