Penemuan Kuburan Massal di Kota Izyum Memicu Tuduhan Rusia Melakukan Kejahatan Perang Saat Invasi ke Ukraina

22 September 2022, 18:08 WIB
Kekhawatiran muncul ketika ada laporan bahwa kuburan massal sedang disiapkan untuk peristiwa perang.* /The Sun

ZONA PRIANGAN - Di awal perang Rusia-Ukraina ditemukan kuburan massal di Kota Bucha. Kini kuburan massal ditemukan kembali di Izyum.

Tragisnya para korban yang ditemukan di kuburan massal Izyum dalam kondisi tangan terikat. Beberapa di antara mereka mengalami luka penyiksaan.

Kuburan massal terbaru itu ditemukan ketika pejuang Kiev membebaskan Kota Izyum dari cengkeraman prajurit Vladimir Putin.

Baca Juga: Tidak Mau Mati untuk Vladimir Putin, Pasukan Rusia Memilih Menyerah Setelah Tentara Ukraina Menyerang Kherson

Ada dugaan prajurit Kremlin melakukan kejahatan perang saat menguasai Izyum. Beberapa warga sipil yang tak bersalah ikut dibantai.

Pekan ini, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mencatat 5.916 warga sipil tewas dan 8.616 luka-luka di Ukraina sejak awal konflik.

Dalam pidato video di Majelis Umum PBB, yang diadakan di New York, pada hari Rabu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, merujuk pada temuan baru-baru ini, meluncurkan seruan yang berapi-api untuk “hukuman yang adil” bagi Rusia atas kejahatan perang.

Baca Juga: Kemenhan Rusia Klaim Membunuh 2.000 Pejuang Kiev di Balakliya tapi Pasukan Vladimir Putin Ditarik Mundur

Dikutip Express, Zelensky berkata: “Sebuah kejahatan telah dilakukan terhadap Ukraina, dan kami menuntut hukuman yang adil."

“Kejahatan itu dilakukan terhadap kehidupan orang-orang kami. Kejahatan itu dilakukan terhadap martabat perempuan dan laki-laki kami,” ucapnya.

Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov sekarang akan berhadapan dengan rekan-rekannya dari Ukraina dan Barat, termasuk Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, ketika Dewan Keamanan PBB bertemu pada hari Kamis untuk membahas kekejaman yang dilakukan di Ukraina.

Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Terusir dari Balakliya Karena Pejuang Kiev Menggunakan Taktik Perang Cawan Suci

Pada bulan Juli, Lavrov keluar dari pertemuan para menteri luar negeri Kelompok G20 di Indonesia ketika ia dihadapkan dengan seruan untuk mengakhiri perang dan kritik atas konflik yang memicu krisis pangan global. Lavrov mencela Barat karena "kritik yang hiruk pikuk".***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler