China Bangun Bendungan di Tibet, Warga Protes Karena Lokasi Itu Tempat Menghormati Dewi Dorje Phagmo

- 10 Februari 2021, 05:02 WIB
Ilustrasi bendungan penghasil tenaga listrik.*
Ilustrasi bendungan penghasil tenaga listrik.* /Pixabay /Thomas Ehrhardt

ZONA PRIANGAN - China tetap akan membangun bendungan di Tibet walau mendapat protes dari berbagai kalangan.

Bendungan yang dibangun oleh China itu berlokasi di kaki Bukit Himalaya, tempat peradaban Yarlung kuno mendirikan Kekaisaran Tibet.

Protes terhadap China atas pembangunan bendungan itu, karena akan merusak lingkungan dan lokasi yang dikeramatkan oleh warga Tibet.

Baca Juga: Ibu-ibu yang Pernah Tidur dengan Suami Orang, 5 Gejalanya Langsung Dirasakan Pasangan yang Sah

Baca Juga: Ibu-ibu Perlu Memuaskan Suami dengan 3 Gaya Ini, Dijamin Pasangan Tidak Tergoda Istri Orang

Namun China mengabaikan semua protes, proyek tetap jalan dan menjadikan bendungan di Tibet merupakan terbesar di dunia.

Bendungan di Tibet itu, nantinya memasok listrik tenaga air terbesar di dunia yang dialirkan ke China.

Media milik China, melaporkan, bendungan di Sungai Yarlung Tsangpo, Tibet akan menghasilkan tenaga listrik hinggga 60 gigawatt.

Baca Juga: Rumor Keretakan Rumah Tangga Menguat, Melania Tidak Dampingi Donald Trump di Pesta Super Bowl

Baca Juga: Sudah Jatuh, Donald Trump Tertimpa Tangga pula, Melania Tunggu Waktu untuk Berpisah

Pemerintah Beijing beralasan, pembangunan bendungan di Tibet untuk mendukung netralitas karbon pada tahun 2060.

Pencinta lingkungan Tibet kini tidak berdaya menghadapi proyek pembangunan China tersebut.

Warga Tibet di pengasingan, Tenzin Dolmey mengatakan, lokasi bendungan itu merupakan tempat yang dikeramatkan oleh leluhurnya.

Baca Juga: Temukan Ambergris yang Bau Busuk, Seorang Nelayan Jadi Kaya Raya Mendadak

Baca Juga: Empat Bulan Diganggu Suara Hantu, Seorang Warga Temukan Harta di Pintu Rahasia

“Penduduk Tibet menghormati alam begitu mengakar kini dirusak China,” kata Dolmey, yang dibesarkan di antara pengasingan Tibet di India.

Tenzin Dolmey sekarang mengajar bahasa dan budaya Tibet di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia.

“Saat kami berenang di sungai, kami diberitahu untuk tidak pernah menggunakannya sebagai kamar mandi, karena ada dewa sungai di dalam air,” tutur Tenzin Dolmey.

Baca Juga: Terungkap, Alien Tidak Mau Tinggal di Bumi Karena Takut dengan Rumput Hijau

Baca Juga: China Sebarkan Teknologi Satelit Canggih untuk Melacak Berbagai Aktivitas

Yarlung Tsangpo memiliki makna khusus, karena melambangkan tubuh Dewi Dorje Phagmo, salah satu inkarnasi tertinggi dalam budaya Tibet.

Tempa Gyaltsen Zamlha, kepala Lingkungan dan Pembangunan di Institut Kebijakan Tibet, mengatakan penghormatan terhadap alam sudah dijalankan warga Tibet sejak berabad-abad yang lalu.

Tetapi sejak China, yang dikendalikan oleh Partai Komunis (PKC), mencaplok Tibet pada tahun 1950, Zamlha mengatakan bahwa warga Tibet telah kehilangan semua tradisi.

Baca Juga: Cina Ingin Mengatur Cuaca Dunia, Kini Giliran Korea Selatan Ciptakan Matahari Buatan

Baca Juga: Cina Ingin Jadi Tuhan, Menguasai Langit dan Bisa Menentukan Cuaca di Dunia

"Kami sama sekali tidak memiliki bendungan sebelum pendudukan China, bukan karena kami tidak dapat memanfaatkannya, tetapi karena kami sangat menghormati sifat sungai," katanya kepada Al Jazeera.

“Ada tradisi yang sangat ketat bahwa tidak seorang pun akan mendekati aliran tertentu atau melakukan apa pun yang akan mengganggunya.

"Orang China akan melakukan apa saja untuk menguntungkan pertumbuhan mereka dan ini sangat membuat frustrasi karena orang Tibet tidak diajak berkonsultasi," pungkasnya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x