Penduduk Desa Honiara Menemukan Katak Sebesar Bayi Manusia, Menakutkan tapi Disebut Ayam Semak

- 7 Mei 2021, 23:01 WIB
Katak ini diyakini memiliki berat 1kg dan ukurannya sebesar bayi manusia.*
Katak ini diyakini memiliki berat 1kg dan ukurannya sebesar bayi manusia.* /Kennedy News and Media/

ZONA PRIANGAN - Katak sebesar bayi manusia ditangkap penduduk Honiara, ibu kota Kepulauan Solomon.

Katak ginormous itu sangat sulit ditangkap kecuali ada bantuan dari anjing pemburu.

Dengan berat 1kg lebih, katak itu diyakini sebagai jenis Cornufer guppy.

Baca Juga: Ponzu, Bintang Instagram Mati Mengenaskan Karena Kaget Melihat Perkelahian

Adalah Jimmy Hugo (35), pemilik pabrik kayu yang pertama kali menangkap katak Cornufer guppy itu.

Katak tersebut ditemukan di balik semak-semak. Setelah tertangkap katak tersebut jadi terkenal di Desa Honiara.

Makhluk itu tampak menutupi separuh tubuh seorang anak dari kepala hingga kaki.

Baca Juga: Sempat Membuat Takut Peternak, Ada Domba Bisa Berjalan dengan Dua Kaki Seperti Manusia

Jimmy berkata reptil mutan adalah katak terbesar yang pernah dilihatnya. “Ukurannya sama dengan bayi manusia,” tambahnya.

“Kami menyebutnya 'ayam semak' karena beberapa penduduk desa tampaknya lebih menyukainya daripada ayam," tuturnya.

Sayangnya, tidak ada akhir yang bahagia untuk katak mammoth. Katak besar itu akhirnya mati.

Baca Juga: Ular Slippery Sangat Mematikan, Reptil Ini Pandai Menyamar dan Pengguna Facebook Tidak Bisa Menemukannya

Meski matanya terbuka dalam video, Jimmy mengatakan ia sudah mati saat ditangkap sehingga penduduk desa memutuskan untuk memakannya.

“Mudah-mudahan lain kali kita melihatnya, dia masih hidup dan kita akan tetap seperti itu,” lanjutnya.

Cornufer guppyi adalah salah satu katak terbesar di dunia dan biasanya ditemukan dari New Britain di Kepulauan Bismarck hingga Kepulauan Solomon.

Baca Juga: Sehabis Kencing Jangan Lupa Berdehem Tiga Kali, Ini Penjelasannya

Jumlah mereka menurun dalam beberapa tahun terakhir karena penebangan dan pemukiman masyarakat yang meluas ke habitat alami mereka.

Dan kulit sensitif mereka sering kali dirusak oleh bahan kimia deterjen yang digunakan oleh manusia untuk mencuci pakaian di aliran sungai terdekat.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x