Network
ZONA PRIANGAN - Dalam waktu kurang dari dua pekan, perenang Olimpiade akan menyelam ke Teluk Tokyo untuk bersaing dalam triathlon. Bagi penduduk yang tinggal di sekitar pantai, itu adalah ide yang tidak menarik karena meskipun sudah ada upaya pembersihan, air teluk tetap mengeluarkan bau.
Teluk Tokyo dikenal karena garis pantainya yang dipenuhi gedung pencakar langit yang berkilau dan Jembatan Pelangi yang ikonik, lanskap futuristik dipilih atas permintaan dari organisasi olahraga internasional, menurut Komite Penyelenggara Tokyo 2020. Namun menjelang pertandingan, masalah mulai muncul.
Pada Agustus 2019 tes bagian renang Paratriathlon dibatalkan setelah ditemukannya bakter E.coli di air lebih dari dua kai ambang batas yang ditetapkan oleh International Triathlon Union, sekarang disebut World Triathlon. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang atlet, tempat tersebut berbau seperti toilet, lapor surat kabar Asahi.
Sejak itu, kota tuan rumah telah mengabil langkah drastis untuk mencoba memperbaiki citranya yang ternoda.
Sebanyak 22.200 meter kubik pasir telah dibuang ke dalam Teluk Tokyo untuk menciptakan lingkungan bagi organisme yang dapat membantu membersihkan air. Dan itu dirancang layar poliester tiga lapis untuk melindungi venue renang Olimpiade dari bakteri E.coli.
Selain itu, Tokyo sudah membangun tangki penyimpanan besar untuk menampung limpasan banjir, sehingga dapat diolah sebelum mencapai laut.
Koichi Yajima, direktur Divisi Perencanaan dan Promosi Biro Persiapan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, mengatakan sistem layar telah diuji sejak 2018 dan akan menyediakan lingkungan yang aman untuk mengadakan pertandingan.
