Persidangan dimulai pada 5 Januari, satu dekade setelah pengaduan pertama kali diajukan.
Sebelum hukuman, beberapa korban, didampingi oleh aktivis, mengadakan upacara dengan bunga dan lilin di sebuah plaza di Torre de Tribunales, di pusat bersejarah Guatemala City.
"Ketika saya berusia 19 tahun saya dibawa ke detasemen (militer) dan diperkosa oleh tentara, tetapi mereka yang harus disalahkan adalah petugas patroli di desa saya," Margarita Siana, 59, mengatakan kepada AFP.
"Saya sangat menderita" di detasemen militer selama tiga bulan, tambah wanita itu.
Selain penyerangan, beberapa di antaranya dilakukan di depan anggota keluarga, menurut kesaksian para korban, banyak perempuan pribumi yang diperkosa setelah pembunuhan atau penghilangan paksa suaminya.
"Itu masih menyakitkan kami, kami tidak berbohong," kata wanita lain, Pedrina Lopez.
Baca Juga: Tanggal Rilis Mission: Impossible 7 dan 8 Mengalami Penundaan
Kerabat mantan paramiliter memprotes di bagian lain dari kompleks peradilan, mencela apa yang mereka sebut "tuduhan palsu" dan menuntut kebebasan mereka.
"Sekali lagi terungkap bahwa kekerasan seksual selama konflik bersenjata internal adalah strategi yang diterapkan oleh (negara bagian Guatemala)," kata Lucia Xiloj, seorang pengacara untuk beberapa wanita.