ZONA PRIANGAN - Semula Rusia bersikeras bahwa hanya tentara profesional yang bertempur di Ukraina.
Namun, belakangan Kementerian Pertahanan Rusia mengakui wajib militer telah dikerahkan, dengan beberapa ditangkap atau dibunuh.
Melihat kenyataan seperti itu, sejumlah pemuda di Rusia menjadi takut dan memilih kabur ke sejumlah negara untuk menghindari wajib militer.
Sebenarnya mereka tidak takut pada program wajib militer, cuma khawatir dikirim untuk menyerang Ukraina.
Salah satu pemuda Ivan (bukan nama sebenarnya) memilih terbang ke Turki meninggalkan Rusia dengan alasan takut dipanggil wajib militer.
“Saat ini wajib militer sedang dikirim ke garis depan, dan saya dengan tegas menentang 'operasi militer' yang dilakukan oleh negara saya," katanya kepada Aljazeera.
Baca Juga: Arnold Schwarzenegger Tuduh Rusia Berbohong Soal Denazifikasi Karena Presiden Ukraina Seorang Yahudi
Rusia telah memiliki sistem wajib militer sejak zaman Tsar, ketika rekrutan dapat dipaksa bekerja hingga 15 tahun. Tapi wajib militer modern sudah ada sejak era Uni Soviet.
Setiap pria berbadan sehat berusia 18-27, secara teori, harus menjalani program satu tahun, dan pengelak wajib menghadapi denda berat dan hingga dua tahun penjara.
Pelajar, narapidana, dan anggota keluarga tentara yang terbunuh dibebaskan, sementara ayah tunggal dan pengasuh anggota keluarga yang cacat dapat ditangguhkan layanannya.
Elena Popova, koordinator Gerakan Penentang Sadar yang berbasis di Rusia, mengatakan, sejak awal perang banyak orang takut dalam segala hal. Mereka takut akan ditangkap dan dibuang ke penggiling daging (pertempuran).
"Mereka merasa kebebasan mereka berada di bawah tekanan besar. Jadi sekarang saya pikir sangat penting untuk menunjukkan bahwa ada cara lain untuk menghindarinya,” katanya kepada Aljazeera.
Dan masih ada cara lain untuk tetap berada di luar barak (wajib militer).
Baca Juga: Andalkan Senapan Scorpion, Pria Skotlandia Ini Bergabung dengan Legiun Asing Melawan Pasukan Rusia
Menurut konstitusi Rusia, orang-orang yang keyakinan agama atau pribadinya tidak sesuai dengan dinas militer, serta anggota etnis minoritas tertentu yang menjalani cara hidup tradisional, diizinkan untuk melakukan "pelayanan sipil alternatif" (AGS).
Wajib militer dapat ditugaskan dengan berbagai tugas. Pekerjaan seperti perawat, pembersih, dan pekerja pos adalah yang paling umum.
Meskipun ini bukan kerja paksa, para wajib militer kehilangan beberapa hak di tempat kerja.***