ZONA PRIANGAN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis mendukung penggunaan pengobatan antivirus COVID-19 oral keluaran Pfizer Inc pada pasien berisiko tinggi setelah analisis data uji coba oleh badan PBB menunjukkan terapi itu secara dramatis mengurangi risiko rawat inap.
Rekomendasi itu muncul ketika dalam setiap minggunya ada ribuan orang meninggal karena COVID-19, meskipun tingkat infeksi global sudah berkurang. Dari perawatan COVID-19 yang ada, sejauh ini Paxlovid dari Pfizer adalah yang paling manjur, kata WHO.
Terapi lainnya termasuk dari pesaingnya Merck & Co yakni pil antivirus molnupiravir, remdesivir intravena Gilead Sciences dan perawatan antibodi.
Baca Juga: Ferrari Akan Menarik Lebih dari 2.000 Mobil di China Karena Masalah Pengereman
Analisis WHO terhadap dua uji klinis Paxlovid yang melibatkan hampir 3.100 pasien menunjukkan bahwa pil antivirus besutan Pfizer itu terbukti dapat mengurangi risiko rawat inap hingga 85%. Pada pasien berisiko tinggi, mereka dengan risiko rawat inap lebih dari 10%, menggunakan Paxlovid dapat menyebabkan 84 rawat inap lebih sedikit per 1.000 pasien, kata badan tersebut.
"Terapi ini tidak menggantikan vaksinasi. Mereka hanya memberi kami pilihan pengobatan lain untuk pasien yang terinfeksi yang berisiko lebih tinggi," kata Janet Diaz, pimpinan WHO pada manajemen klinis, merujuk pada pasien dengan kondisi kronis yang mendasarinya, immunocompromised atau tidak divaksinasi.
Namun, ada tantangan yang dapat membatasi adopsi Paxlovid. Mengingat perlu dilakukan pada tahap awal penyakit agar efektif, akses ke tes yang cepat dan akurat sangat penting untuk mengidentifikasi pasien.
Baca Juga: Adik dan Ibunya Diperkosa Tentara Rusia, Gadis 17 tahun Ini Dibiarkan Karena Dianggap Terlalu Jelek
Tantangan lainnya yakni pil antivirus tersebut dapat berinteraksi dengan banyak obat umum, ini tentunya memperumit dalam hal penggunaannya. Selain itu, Paxlovid belum diteliti untuk digunakan pada wanita hamil, wanita menyusui atau anak-anak.