Faktor-faktor ini telah menyebabkan pasokan Paxlovid melampaui permintaan di negara-negara yang telah menyediakannya selama beberapa waktu.
Saat ini Pfizer tengah berupaya mencapai kesepakatan untuk menjual pil antivirus COVID-19 mereka ke sejumlah negara, tetapi detail seputar harga masih mereka rahasiakan.
Awal tahun ini, perusahaan itu memperkirakan angka penjualan Paxlovid akan menyumbang pemasukan sebesar $22 miliar atau sekitar Rp317,9 triliun dalam penjualan pada tahun 2022. Produsen obat AS telah setuju untuk menjual hingga 4 juta dosis pengobatan kepada UNICEF untuk digunakan di 95 negara berpenghasilan rendah yang mencakup lebih dari setengah populasi dunia.
Kesepakatan ini menyumbang lebih dari 3% dari proyeksi produksi 120 juta dosis Pfizer pada tahun ini.
Lebih dari 30 pembuat obat generik juga telah diizinkan untuk memproduksi versi obat yang lebih murah untuk dijual di 95 negara, tetapi versi peniru dari sumber yang terjamin kualitasnya ini tidak akan siap dalam jangka pendek, kata WHO, menyoroti kurangnya transparansi soal harga yang berdampak terhadap negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah akan didorong ke ujung antrian, seperti yang terjadi dengan vaksin COVID-19.
Secara terpisah, WHO juga memperbarui rekomendasinya tentang remdesivir Gilead, dengan mengatakan itu harus digunakan pada pasien COVID-19 ringan atau sedang yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.
Sebelumnya penggunaan antivirus COVID-19 remdesivir Gilead direkomendasikan pada semua pasien COVID-19, terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya.***