Pengumuman itu datang ketika lebih dari 100.000 pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di ibukota, Kolombo, menyerukan presiden dan perdana menteri untuk mengundurkan diri di tengah krisis ekonomi yang membuat jutaan penduduk berjuang untuk membeli kebutuhan pokok termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Sekolah-sekolah di negara itu telah ditangguhkan dan bahan bakar telah dibatasi untuk layanan penting.
Para pengunjuk rasa memaksa masuk ke kediaman resmi presiden dan perdana menteri pada hari Sabtu. Foto dan video dari Rumah Presiden menunjukkan pengunjuk rasa menggantung spanduk dari balkon, berenang di kolam renang kediaman dan memasak makanan di dapur presiden.
Pejabat kesehatan di Kolombo mengatakan sedikitnya 50 orang terluka dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di tengah protes hari Sabtu, dengan tiga dari yang terluka mengalami luka tembak.
Sebuah pernyataan PBB yang dikeluarkan pada hari Jumat meminta "pihak berwenang Sri Lanka untuk menahan diri dalam mengawasi majelis dan memastikan setiap upaya yang diperlukan untuk mencegah kekerasan," ungkap penyataan tersebut.***