Pada 1992, ketika ia mencoba menanam kubis di tanahnya, badai pasir menerbangkan tumbuhan mudah rusak ini hingga tercerabut dari tanah.
Ia menyadari perlunya sebuah dinding untuk menahan angin yang kuat, tetapi tidak hanya dinding biasa, tapi dinding hidup.
Baca Juga: Roti Unyil Cucu Sumiati Mulai Dikenal di Cimahi
Baraaduuz mulai menanam pepohonan elm di sekeliling kebunnya di Gurun Gobi dan hasilnya begitu spektakuler. Tidak hanya kebunnya tumbuh subur, tetapi begitu juga tanaman sayurannya, dan orang-orang mulai meliriknya.
“Tahun pertama (1992) begitu sulit: tahun yang penuh angin dan pasir. Tetapi di tahun kedua, pepohonan cukup tinggi untuk melindungi sayuran,” kata Baraaduuz kepada Channel News Asia.
“Saya menjadi seorang yang percaya pada tumbuhan dan mulai mencintainya. Dan orang-orang mulai memperhatikan dan meminta saya untuk memberikan tanaman dan saya mulai banyak menanam,” tambahnya.
Baca Juga: Ceker Mercon Neng Dinda, Dikenal di Kalangan Pegawai Negeri
Walaupun lahannya seluas 16 hektar tampak tidak begitu signifikan dibandingkan dengan Gurun Gobi yang tak bertepi, Baraaduuz Demchig memperkirakan bahwa ia telah menumbuhkan lebih dari 400.000 pohon di tanahnya, kebanyakan dijual kepada petani yang tertarik mengikuti contohnya.
Bila menatap gersangnya tanah kosong yang mengelilingi oase hijau Baraaduuz, sungguh menyakitkan bahwa sedikit tanaman bisa tumbuh di sana tanpa pemeliharaan dan perlindungan.
Namun lihatlah petani Mongolia ini telah mampu menumbuhkan buckthorn laut, raspberry dan buah-buahan semak lainnya dalam beberapa dekade.***