Baca Juga: Rudal Jelajah Rusia Ditembak Jatuh oleh Rudal Permukaan-ke-Udara Ukraina, Viral di Twitter
Pemerintah Beijing tidak segera menanggapi permintaan komentar pada hari Sabtu.
Dali Yang, seorang ilmuwan politik di University of Chicago, mengatakan komentar dari pihak berwenang bahwa penghuni gedung Urumqi dapat turun dan melarikan diri, kemungkinan besar dianggap menyalahkan korban dan selanjutnya memicu kemarahan publik.
"Selama dua tahun pertama Covid-19, orang mempercayai pemerintah untuk membuat keputusan terbaik agar mereka aman dari virus. Sekarang orang semakin mengajukan pertanyaan sulit dan waspada untuk mengikuti perintah," kata Yang.
Baca Juga: Burnley Menjadi Salah Satu Kota di Inggris yang Mengalami Krisis Biaya Hidup
Xinjiang adalah rumah bagi 10 juta orang dari etnis Uyghur. Kelompok hak asasi manusia dan Barat telah sejak lama menuduh Beijing melakukan pelanggaran terhadap etnis minoritas yang sebagian besar Muslim, termasuk kerja paksa di kamp-kamp interniran.
Sementara China secara tegas menolak klaim tersebut.
China membela kebijakan nol-Covid khas Presiden Xi Jinping sebagai upaya untuk menyelamatkan nyawa dan diperlukan untuk mencegah sistem perawatan kesehatan menjadi kewalahan.
Para pejabat telah berjanji untuk melanjutkannya, meskipun penolakan publik meningkat dan jumlah korban yang meningkat pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu.