Gereja Ini Unik, Tanpa Imam, Tidak Memiliki Umat, Berada di Wilayah Islam dan Diurus oleh Penganut Hindu

- 22 Juni 2021, 23:04 WIB
Ilustrasi bangunan gereja.*
Ilustrasi bangunan gereja.* /Pixabay /Helmut H. Kroiss

ZONA PRIANGAN - Gereja Apostolik Kebangkitan Suci sangat unik dan tak ada duanya di dunia.

Gereja Apostolik Kebangkitan Suci dibangun oleh orang-orang Armenia yang tinggal di Bangladesh.

Kini Gereja Apostolik Kebangkitan Suci tidak memiliki iman dan tidak ada umat yang berdoa di sana.

Baca Juga: Desa Curon Muncul Lagi setelah 71 Tahun Menghilang, Warga Berburu Foto untuk Instagram

Dibangun di Kota Dhaka yang mayoritas Islam, Gereja Apostolik Kebangkitan Suci sekarang diurus oleh Shankar Ghosh, seorang penganut Hindu.

Selama beberapa dekade, tidak ada misa atau pembaptisan di Gereja Apostolik Kebangkitan Suci.

Namun pada perayaan Natal dan Paskah gereja tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan para duta besar dari negara non-Muslim.

Baca Juga: Seorang Wisatawan Tewas Direbus Hidup-hidup di Kolam Air Panas Yellowstone

Walau tidak ada kegiatan, Gereja Apostolik Kebangkitan Suci tetap terawat karena diurus oleh Shankar Ghosh.

Dikutip dari Aljazeera, Gereja Apostolik Kebangkitan Suci dibangun 240 tahun yang lalu.

Bangunan itu sangat mencolok dengan warna putih dan kuning, di antara bangunan lainnya di Kota Dhaka.

Baca Juga: Ini 4 Cara Kim Jong-un Mengeksekusi Mati Lawannya, Nomor 3 Dilindas Tank Militer

Shankar Ghosh membuat tanda salib sebelum membuka pintu masuk Gereja Apostolik Kebangkitan Suci.

Dulu ratusan orang Armenia diaspora tinggal di Dhaka dan membangun Gereja Apostolik Kebangkitan Suci.

Keturunan terakhir Armenia beberapa tahun lalu meninggalkan Dhaka dan pindah ke Kanada.

Baca Juga: Aturan Aneh di Israel dan Korea Utara, Dilarang Bawa Beruang ke Pantai dan Tidak Sembarang Pilih Model Rambut

Shankar Ghosh dipercaya untuk menjaga dan mengurus keberadaan gereja tersebut.

“Saya suka pekerjaan ini. Saya menganggapnya sebagai tugas suci yang diberikan kepada saya,” kata pria berusia 61 tahun itu kepada kantor berita AFP.

“Apakah itu gereja, kuil atau masjid, saya percaya semuanya untuk Tuhan,” ucapnya.

Baca Juga: Cewek Korea Selatan Dikenal Paling Banyak Melakukan Operasi Plastik Padahal dengan India Saja Kalau Jauh

Sekitar 40 tahun yang lalu, Ghosh bekerja di sebuah pabrik goni, sebuah industri yang dimilik orang Armenia di Dhaka.

Ghosh akhirnya menjalin persahabatan dengan keluarga Armenia yang menjalankan pabrik goni.

Melalui mereka, dia bertemu penjaga gereja Michael Joseph Martin, yang mengundang Ghosh untuk menjadi asistennya.

Baca Juga: Otak Udang Itu Gambaran Orang Bodoh, tapi Patrick Lebih Bodoh Karena Bintang Laut Tak Punya Otak

Ghosh akhirnya pindah ke kompleks gereja pada tahun 1985 dan tidak pernah pergi.

“Ini adalah rumah Tuhan dan saya pikir tidak ada pekerjaan lain yang lebih cocok untuk saya,” kata Ghosh.

Ketika Martin pindah ke Kanada pada tahun 2014, dia menyerahkan pengurusan gereja sepenuhnya ke Ghosh.

Baca Juga: Bhutan Negara Unik, Melarang Warganya Miskin dan Pernah Menolak Kehadiran Internet

Ghosh menjadi penjaga penuh waktu setelah Martin meninggal tahun lalu pada usia 89 tahun.

Untuk perawatan gereja, Ghosh mendapat dukungan dari orang-orang Armenia di luar negeri, yang dipimpin oleh pengusaha Armen Arslanian yang berbasis di Los Angeles.

“Keluarga Ghosh memiliki tempat khusus di gereja kami,” kata Arslanian kepada AFP.

Baca Juga: Penjualan Rumah Ini Selalu Gagal, Calon Pembeli Pasti Ketakutan di Salah Satu Sudut Ruangan

Setiap pagi, Ghosh muncul dari kompleks tempat dia tinggal bersama istri dan dua anaknya untuk membuka pintu gereja dan menyalakan lilin di altar.

Dia mengucapkan doa non-denominasi untuk 400 orang Armenia – yang pernah menjadi anggota terkemuka komunitas Dhaka dan sekarang terkubur di sebelah gedung.

Beberapa asisten membantunya memelihara gereja dan memberi makan setengah lusin anjing liar yang tinggal di pekarangan.

Baca Juga: Randu, Bambu, dan Gayam Sering Dihuni Hantu Kuntilanak, Kalau Pocong Senang di Pohon Pisang

Ghosh sering berjalan-jalan di sekitar batu nisan, yang paling awal berasal dari tahun 1714, beberapa dekade sebelum gereja dibangun.

Menaruh bunga di makam mendiang istri Martin, Veronica – orang Armenia terakhir yang dimakamkan di kompleks itu, pada 2005 – Ghosh berharap jenazah suaminya dibawa kembali ke Dhaka.

“Dia pantas berada di sini di tempat yang indah ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia juga berharap untuk dimakamkan di tanah setelah kematiannya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x