Seorang direktur dari PT Liga Indonesia, liga sepak bola domestik, menolak berkomentar karena penyelidikan sedang berlangsung. Seorang juru bicara Arema FC tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Baca Juga: Novak Djokovic Bermasalah dengan Pergelangan Tangannya selama Berlaga di Laver Cup di London
Juru bicara Kapolri dan Kapolda Jawa Timur menolak untuk menjawab pertanyaan tentang langkah-langkah keamanan, tetapi pada hari Senin, sebanyak 10 petugas telah diskors sambil menunggu proses penyelidikan.
"Kami mendengar pintu ditutup, atau beberapa pintu, dan banyak orang tidak bisa keluar, jadi saya memutuskan untuk menunggu. Saya tidak bisa bernapas dan mata saya sakit," kata Haura, seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang katanya pingsan di tribun.
Petugas medis mengatakan orang-orang yang terperangkap dalam peristiwa itu sebagian besar meninggal karena mati lemas dan cedera di bagian kepala, sementara para pejabat telah mengkonfirmasi bahwa 33 anak di bawah umur termasuk di antara yang tewas.
Baca Juga: Pelari Kenya Eliud Kipchoge Memecahkan Rekor Dunia atas Namanya Sendiri di Berlin Marathon
"Kami salah," kata Habibi tentang para penggemar Arema yang marah yang mengalir ke lapangan dan melemparkan batu, dan kemudian membakar mobil polisi di luar stadion.
"Tapi apa yang dilakukan polisi juga salah," tambahnya.
Beberapa penonton mengatakan bahwa polisi menembakkan gas air mata langsung ke tribun penonton, sementara rekaman menunjukkan petugas menendang dan memukuli penggemar dengan tongkat.