Tragedi Stadion Kanjuruhan: Gas Air Mata dan Gerbang Terkunci Menjadi Penyebab Banyak Penonton Terinjak-injak

- 5 Oktober 2022, 12:00 WIB
Plakat dan lilin dipotret saat berjaga di Stadion Patriot Candrabhaga, setelah kerusuhan dan penyerbuan di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan sepak bola antara Arema vs Persebaya Surabaya, di Bekasi, di pinggiran Jakarta, Indonesia, 3 Oktober 2022.
Plakat dan lilin dipotret saat berjaga di Stadion Patriot Candrabhaga, setelah kerusuhan dan penyerbuan di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan sepak bola antara Arema vs Persebaya Surabaya, di Bekasi, di pinggiran Jakarta, Indonesia, 3 Oktober 2022. /REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

"Apa yang saya lihat sangat mengerikan. Ada mayat di musala, 17 mayat yang saya ingat," katanya.

Baca Juga: Nadal Mundur dari Laver Cup setelah Bermain Ganda dengan Federer

"Banyak rekan pendukung saya yang menangis histeris," tambahnya.

Bencana stadion yang menelan banyak korban dalam 60 tahun terakhir.
Bencana stadion yang menelan banyak korban dalam 60 tahun terakhir. Reuters

Hooliganisme dan kekerasan sepakbola bukanlah hal baru di Indonesia. Data SOS menunjukkan bahwa 86 orang telah tewas dalam kekerasan terkait sepak bola di Indonesia sejak 1995, tetapi parahnya tragedi terbaru telah mengejutkan bangsa.

Kurniawan, komentator, mengatakan pada masa lalu kekerasan dalam pertandingan sepak bola gagal membawa perubahan, tetapi kali ini harus berbeda.

Baca Juga: Francesco Bagnaia Raih Pole Position di Grand Prix Aragon, Aleix Espargaro dan Fabio Quartararo di Baris Dua

"Mentalitas kita perlu diubah karena mengelola sepak bola seperti mengelola negara. Ini adalah cermin, potret bangsa kita," katanya.***

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah