Tragedi Kanjuruhan: Duka di Stadion Kanjuruhan Harus Menjadi Duka Terakhir di Dunia Persepakbolaan Tanah Air

- 10 Oktober 2022, 13:48 WIB
Suporter dari berbagai klub sepak bola mengikuti doa bersama dan Shalat Gaib di gor saparua Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/10/2022). Doa bersama dan Shalat Gaib yang diikuti dari berbagai unsur suporter klub di Liga 1 tersebut ditujukan untuk korban yang meninggal di Stadion Kanjuruhan.
Suporter dari berbagai klub sepak bola mengikuti doa bersama dan Shalat Gaib di gor saparua Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/10/2022). Doa bersama dan Shalat Gaib yang diikuti dari berbagai unsur suporter klub di Liga 1 tersebut ditujukan untuk korban yang meninggal di Stadion Kanjuruhan. /ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.

Pendukung tuan rumah yang merasa kecewa atas kekalahan tim kesayangannya itu, mereka melampiaskan rasa kecewanya itu dengan memasuki lapangan. Lapangan pun dengan cepat dipenuhi oleh pendukung tuan rumah dan kericuhan pun mulai terjadi. Kericuhan bukan sesama Aremania, melainkan antara Aremania dengan petugas keamanan di dalam area stadion.

Petugas pun menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan Aremania. Sayangnya, tembakan gas air mata itu tidak hanya diarahkan ke Aremania yang berada di tengah lapangan, Aremania berada di tribun, di mana saat itu masih ada ribuan orang yang memadati tribun, termasuk perempuan dan anak-anak yang tidak sempat menyelamatkan diri.

Baca Juga: Verstappen Menyegel Gelar Juara Dunia Formula One untuk Kedua Kalinya Secara Beruntun di Grand Prix Jepang

FIFA telah melarang penggunaan gas air mata untuk menangani kerusuhan di stadion. Hal itu tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulation, Pasal 19 tentang Pitchside stewards hurup b yang melarang penggunaan senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan.

Ribuan Aremania yang berada di tribun berusaha untuk secepatnya keluar dari stadion agar tidak terkena dampak dari tembakan gas air mata. Tembakan gas air mata itu membuat ribuan penonton yang berada di Stadion Kanjuruhan panik.

Anton, Devi dan Alfiansyah yang berada di Tribun 14 juga terdampak terhadap tembakan gas air mata dan ketiganya berusaha keluar stadion melalui pintu keluar guna menyelamatkan diri.

Baca Juga: Novak Djokovic Meraih Gelar ke-90 Selama Karirnya Lewat Kemenangannya di Astana Terbuka

Sayangnya, hanya Alfiansyah yang berhasil meninggalkan Stadion Kanjuruhan dan dalam kondisi selamat. Malang bagi Alfiansyah, tampak kedua orang tuanya dibopong keluar stadion oleh para Aremania dalam keadaan sudah tak bernyawa dan Alfiansyah pun menjadi yatim piatu.

Kondisi penonton di VIP pun mulai terjadi kepanikan. Pada awalnya hanya ada satu hingga dua rombongan yang membopong rekan mereka yang lemas akibat terkena gas air mata. Sejumlah letusan gas air mata terus terdengar di dalam gedung.

Dalam tempo yang sangat singkat, beberapa kali rombongan pendukung memasuki area VIP Stadion Kanjuruhan sambil membopong rekan mereka yang mengalami sesak napas, pingsan, bahkan yang sudah dalam keadaan meninggal.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x