Tragedi Kanjuruhan: Duka di Stadion Kanjuruhan Harus Menjadi Duka Terakhir di Dunia Persepakbolaan Tanah Air

- 10 Oktober 2022, 13:48 WIB
Suporter dari berbagai klub sepak bola mengikuti doa bersama dan Shalat Gaib di gor saparua Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/10/2022). Doa bersama dan Shalat Gaib yang diikuti dari berbagai unsur suporter klub di Liga 1 tersebut ditujukan untuk korban yang meninggal di Stadion Kanjuruhan.
Suporter dari berbagai klub sepak bola mengikuti doa bersama dan Shalat Gaib di gor saparua Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/10/2022). Doa bersama dan Shalat Gaib yang diikuti dari berbagai unsur suporter klub di Liga 1 tersebut ditujukan untuk korban yang meninggal di Stadion Kanjuruhan. /ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.

Baca Juga: Novak Djokovic Bermasalah dengan Pergelangan Tangannya selama Berlaga di Laver Cup di London

Terkait dengan keselamatan para penonton di stadion, otoritas atau pemangku kepentingan tidak memberikan toleransi yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

Sudah waktunya dunia sepak bola Indonesia lebih memperhatikan keselamatan penonton dalam kondisi apa pun, termasuk pada saat terjadi kericuhan. Duka dari Kanjuruhan harus menjadi pelajaran penting seluruh pemangku kepentingan sepak bola di Tanah Air.

Satu nyawa yang hilang akibat pertandingan sepak bola menjadi sesuatu yang berlebihan, sementara tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu telah menghilangkan 131 nyawa, dan menjadi tragedi terbesar kedua sepak bola di dunia.

Baca Juga: Pelari Kenya Eliud Kipchoge Memecahkan Rekor Dunia atas Namanya Sendiri di Berlin Marathon

Keselamatan penonton harus menjadi prioritas utama. Sudah waktunya melakukan perbaikan meskipun dinilai sudah terlambat supaya tidak ada lagi korban akibat sepak bola di Tanah Air.***

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah