Mengejutkan, Ternyata Air di Bumi Berasal dari Asteroid yang Tiba Miliaran Tahun Lalu

18 Agustus 2022, 04:34 WIB
Air di bumi mungkin berasal dari asteroid.* /Unsplash/

ZONA PRIANGAN – Air mungkin telah tiba di planet kita dibawa oleh asteroid dari tepi terluar tata surya kita, menurut para ilmuwan setelah menganalisis sampel langka yang dikumpulkan selam misi antariksa Jepang dari asteroid Ryugu.

Seperti dilaporkan Phys.org, misi yang dinamai Hayabusa-2 diluncurkan pada 2014 menuju asteroid yang jaraknya sekitr 300 juta kilometer.

Sampel dalam bentuk batuan dan debu ini dikumpulkan oleh wahana antariksa Jepang tersebut dari asteroid yang kemudian dibawa ke Bumi pada 2020.

Baca Juga: Kremlin Tangkap Warga Negara Inggris di Pelabuhan Antariksa Rusia dengan Tuduhan Aktivitas Mata-mata

Wahana ini mendarat di asteroid Ryugu dan menembakkan sebuah ‘penumbuk’ ke permukaannya.

Berdasarkan kertas kerja terbaru yang dipublikasikan dalam jurna Nature Astronomy, para ilmuwan mengatakan bahwa sampel Ryugu ini bisa memberikan petunjuk mengenai misteri bagaimana samudera tiba-tiba muncul di Bumi miliaran tahun yang lalu.

"Asteroid tipe-C yang mudah menguap dan kaya bahan organik ini kemungkinan menjadi salah satu sumber utama air yang ada di Bumi,” ujar para ilmuwan.

Baca Juga: Misteri Keturunan Alien, Dua Bocah Berkulit Hijau Ditemukan di Desa Woolpit, Inggris

“Pengantaran zat mudah menguap (bahan organik dan air) ke Bumi tersebut, kini masih menjadi topik perdebatan para ilmuwan,” tambahnya.

Menurut para peneliti, bahan organik yang ditemukan di partikel Ryugu telah diidentifikasi dalam studi tersebut, dan disebutkan menjadi salah satu sumber krusial dari bahan yang mudah menguap.

Mereka mengatakan materi semacam ini kemungkinan berasal dari ‘tata surya terluar’ yang tiba di awal terbentuknya Bumi.

Baca Juga: Otak Udang Itu Gambaran Orang Bodoh, tapi Patrick Lebih Bodoh Karena Bintang Laut Tak Punya Otak

Para peneliti berkesimpulan, “Partikel-partikel Ryugu tidak diragukan lagi merupakan materi dari Tata Surya yang tidak tercemar sehingga bisa menjadi bahan studi di laboratorium.

Dan penyelidikan yang sedang berlangsung dari sampel ini akan mengembangan pemahaman kita mengenai proses awal terbentuknya Tata Surya.”***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Phys.org

Tags

Terkini

Terpopuler