Dodol Keranjang Bungkus Daun Pisang Khas Majalengka Diminati Banyak Orang

13 Februari 2021, 21:04 WIB
Dodol Keranjang khas majalengka tetap diminati di momen perayaan Imlek 2021. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Dodol keranjang atau dikenal banyak masyarakat dodol cina buatan Iim Gurnadi (67) di Blok Omas, Desa Kadipaten, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka sejak puluhan tahun lalu hingga kini masih membungkus dodol dengan daun pisang dan mampu bertahan hingga berbulan-bulan walaupun tanpa bahan pengawet.

Setiap tahun menjelang Imleh atau hingga beberapa hari usai perayaan Imlek, Iim memproduksi dodol hingga 2,5 ton-3 tonan. Pemesannya berasal dari Bandung dan Majalengka serta Kadipaten.

Malah tahun ini dia tak bersedia memenuhi pesanan dari sebuah perusahaan yang memesan 2 kw per hari.

Baca Juga: Ramalan Yulius Fang: Rizky Billar Harus Gerak Cepat, Jika Tidak Akan Mendapat Tantangan Dalam Hubungan

Alasannya tidak ada tempat untuk penyimpanan bahan baku dan bahan jadi, karena membuat dodol butuh ruang yang cukup luas.

Tingginya pesanan ini karena dodol produk Iim tetap menggunakan bungkus daun pisang dan pencetakannya dengan keranjang tidak menggunakan alumunium sehingga warna dodol dan daun pisang tetap alami, tidak kusam.

Ii menceriterakan dia sudah lebih dari 20 tahunan membuat dodol keranjang berbungkus daun pisang. Semula dia hanya mencoba sebanyak 5 kg tepung dan gula, yang ternyata dodol buatannya diminati banyak orang.

Baca Juga: Kucing Nagita Slavina Hamil, Rafatar Merajuk Mau Punya Adik Baru, Gigi: 'Ini Pancingan Nanti Dapet Ade Beneran

“Tahun berikutnya pesanan banyak, jadi produksi juga ditambah,” ungkap Iim warga keturunan Tionghoa yang memiliki 4 orang pekerja kesemuanya orang sunda.Diapun menikah dengan orang sunda Yeni Andriyani yang kini mengajar di sebuah SD Negeri di Kadipaten.

Dia mengaku bisa membuat dodol keranjang karena dulu ketika masih muda bekerja sebagai pembuat dodol di pabrik milik Ny Gendon di Kadipaten. Ketika pemilik pabrik meninggal, tidak memproduksi lagi karena semua putranya tidak bersedia melanjutkannya.

“Pesanan sekarang banyak, bahan baku mudah karena ada pedagang gula dan beras ketan yang mempercayai untuk mengambil barang lebih dulu.

Baca Juga: Sinetron Dari Jendela SMP Jadi Pilihan Utama Kids Zaman Now

Berapapun kebutuhan dipenuhi, keranjang anyaman bambu untuk mencetak diperoleh dari tukang anyaman di Desa Weragati, Kecamatan Palasah, daun juga banyak.

Tapi yang jadi kendala tempat yang tidak tersedia, apalagi kalau hujan terus menerus,” ungkap Iim disertai para pekerjanya.

Tempat penyimpanan dodol dan adonan yang harus dipermentasi setidaknya seminggu cukup menyita tempat. Sementara tempat penyimpanan ruangannya kecil.

Dodol Cina buatan Iim Gurnadi (67) di Blok Omas, Desa Kadipaten, Kabupaten Majalengka Zonapriangan.com/Rachmat iskandar ZP

Baca Juga: Satu Korban Banjir di Pamanukan Kabupaten Subang Ditemukan Tim SAR Gabungan

Tahun ini dia meproduksi dodol sebanyak 2 ton beras dan gula, dari jumlah tersebut diperoleh hasil hingga tiga ton dodol, yang dijual seharga Rp 35.000 per kg. Setiap kilogramnya berisi tiga buah dodol.

Dodol yang diproduksi hampir semua pesanan, karena ada yang memesan hingga 2 kw seperti halnya Toko Berdikari, Toko Trijaya memesan hingga 1,5 kw, Apotek Quarius hampir 1 kw.

Hanya sebagian kecil yang diedarkan oleh warga setempat ke beberapa orang Tionghoa yang juga memesan barang lewat pedagang kue keliling.

Baca Juga: Netizen Merasa Ngeri, Buaya Raksasa Menyerang Putra Steve Irwin, Hampir Saja…

Produksi dodol dimulai sejak dua bulan menjelang Imlek hingga puncak hari raya. Untuk memenuhi seluruh pesanan tersebut setidaknya harus diproduksi sebanyak 300 keranjang per hari.

“Sekarang mah setelah Imlek masih ada yang pesan jadi terpaksa produksi lagi,” ungkapnya yang menyebut kegiatannya adalah panen tahunan, karena kesehariannya Iim berjualan sandal dan sepatu di pasar malam.

Dodol buatan Iim ini bisa bertahan lama hingga berbulan-bulan bahkan setahun asal disimpan di tempat kering.

Baca Juga: Beli Mobil Baru? Tunggu Maret, Harga Bisa Turun Puluhan Juta karena Bebas PPnBM

Walaupun prosesnya juga sangat tradisional. Pertama beas ketan dibersihkan, kemudian direndam kurang lebih satu jam dan kembali dikeringkan untuk dibuat tepung.

Tepung diayak kembali dengan kalo kemudian di jemur hingga kering agar gula merah dan putih menyerap sehingga manisnya terasa legit.

Jika kurang kering maka kadar air akan tinggi dan rasa manisnya tidak akan begitu legit.

Baca Juga: Sambut Tahun Baru Imlek di Masa Pandemi Covid-19, Bisa BagiBagi Angpao Lewat Aplikasi Mobile Ini

Tepung yangs udah kering kemudian diadonan dan dipermentasi di jolang selama lima hari. Setelah itu baru diproses menjadi dodol.

Mimin, Tati dan Arit para pekerja pembuat dodol menyebutkan, dodol bisa dinilmati selagi hangat, apalagi ketika masih sedikit basah kemudian dicampur dengan kelapa parut yang masih muda.

“Duuh raosna, bakal hilap kana sagala. Ngaleueutna cai teh haneut,” ungkap Mimin dan Arit.

Baca Juga: Roy Suryo Sentil Kebijakan Prabowo, Pertahanan Maritim Rapuh Justru Borong Mobil Esemka

Ko Iim mengaku akan terus mempertahankan kemasan dodolnya dengan daun pisang, alasannya dodol dikemas plastik akan mudah bulukan (berjamur) apalagi jika dikemas ke dalam dus.

Sementara dengan daun jauh lebih awet. Sekaligus menjaga keinginan konsumen.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Tags

Terkini

Terpopuler