Jatiwangi Jadi Lokasi Pengelolaan Pertanian Moderen, Luasnya Mencapai 20 Hektare

22 Februari 2021, 14:18 WIB
Sejumlah petani mengikuti bimbingan pertanian moderen.* /zonapriangan.com /Rachmat Iskanda ZP

ZONA PRIANGAN - Kementerian Pertanian RI akan membuat areal tanam padi percontohan lewat pengelolaan pertanian moderen di Jatiwangi.

Rencananya Bulan Maret 2021, pertanian moderen akan dimulai pada Musim Tanam ke II di luas lahan 20 hektare milik 2 kelompok tani atau 71 orang petani.

Saat ini para petani tengah mengikuti pelatihan selama tiga hari di sebuah hotel di Majalengka.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Bertemu dengan Teten Masduki, Shopee Sebutkan Dominasi Pedagang Lokal dan UMKM di Platform Capai 97 Persen

Kepala Pusat Pelatihan Management dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi Yusral Taher mengatakan, kegiatan tersebut adalah bantuan dari Kementerian Pertania RI lewat aspirasi Komisi IV DPR RI yang membidangi Pertanian.

“Ada tiga anggota DPR yang mendapat bantuan program ini di antaranya di Majalengka Pak Sutrisno dan Purwakarta Pa Dedi Mulyadi,” ungkap Yusral Taher.

Program tersebut, menurutnya, diberikan untuk pengembangan padi dan menaikan produktifitas padi.

Baca Juga: Jangan Mengeluh, Ini 15 Manfaat Ketika Diberi Ujian Sakit

Pada pelaksanaannya para petani akan dibimbing manajemen, pengolahan lahan, waktu tanam hingga pemupukan, penggunaan pestisida dan masa panen yang kesemuanya dilakukan melalui teknologi mesin.

Lewat teknologi itu diharapkan bisa empat kali tanam, atau yang biasa dua kali tanam bisa tiga kali tanam.

"Dengan pengolahan yang baik dan pemupukan yang mengikuti anjuran Balitbang maka produktivitas bisa meningkat. Kami juga harus memastikan ketersediaan pupuk,” katanya.

Baca Juga: Perusahaan Unik, Absensi Karyawan Berupa Salat Dhuha, Hafal Alquran 1 Juz Dapat Hadiah Umrah

Untuk mendukung hal tersebut juga harus ada komando strategi pertanian, pemberdayaan Balai Penyuluh Pertanian karena BPP adalah ujung tombak teknologi pertanian.

"Sekarang ini Kementerian Pertanian ingin menaikan produksi pangan,” ungkap Yusral.

Untuk mendukung kenaikan produksi, Kementerian Pertanian menyediakan alat sistem teknologi pertanian, pembangunan infrastuktur irigasi serta bendungan.

Baca Juga: Sungai Ini Selalu Menggoda Setiap Orang untuk Melompat dan Berakhir dengan Kematian

Sementara itu Anggota Komisi IV DPR RI Sutriano mengatakan, kegiatan dilatarbelakangi selama ini stok pangan nasional yang selalu kurang.

Data menyebutkan bahwa berdasarkan security indek di Tahun 2019 Indonesia berada di atas Ehtiopia dan Zimbabwe.

Kondisi itu terjadi karena sistem pertanian masih konvensional sehingga produksi tidak bisa meningkat serta kualitas juga rendah.

Baca Juga: Saat Telanjang, Cewek Ini Tidak Membutuhkan Baju, Cukup Menutup Tubuh dengan Rambut Panjangnya

“Contoh saja harga jagung di Amerika Serikat jiga dirupiahkan hanya Rp 1.500 sementara di kita kan Rp3.000 masih ingin naik. Belum produksi kurang makanya terpaksa ngambil dari luar,” kata Sutrisno.

Maka yang perlu diperbaiki adalah SDM petani, sistem petanian serta pengolahan lewat teknologi.

Lewat sistem pertanian percontohan di Jatiwangi seluas 20 hektare memastikan penggunaan bibit unggul, teknologi tanam yang menggunakan mesin, pemupukan yang tepat, serta panen juga menggunakan mesin.

Baca Juga: Mencukur Bulu Kemaluan dan Cabut Bulu Ketiak Jangan Lebih dari 40 Hari, Ini Penjelasannya

Sekarang dicoba bibit ungggul msp. Dari percobaan sebelumnya dari satu tangkai padi bisa diperoleh 436 bulir.

"Atau kondisi sedang sebanyak 350 bulit padi, paling minim sebanyak 238 bulir padi. Sedangkan biasanya dengan bibit lain hanya diperoleh 170 bulir,” jelas H. Sutrisno.

Dari bibit unggul serta pola tanam yang baik dan teknologi pertanian yang canggih ini bisa diperoleh sebanyak 10 ton per hektare.

Baca Juga: Sanggup Mengucapkan Bacaan Ini Sebanyak 300 Kali, Terhapus Semua Dosa Baik Kecil Maupun Besar

Biasanya dari setiap hektare sawah diperoleh sebanyak 6 tonan. Pola tanam ini mengikuti pola di Filipina.

Tingginya produksi ini pun, katanya, kerena semua areal sawah di luas 20 hektare ini akan disatukan.

Tidak ada lagi pematang sawah karena pematang diratakan disatukan dengan sawah lainnya.

Baca Juga: Prediksi Profesor Avi Loeb: Sebentar Lagi Pesawat Alien Bisa Dilihat Setiap Bulan

Baca Juga: China Bangun Bendungan di Tibet, Warga Protes Karena Lokasi Itu Tempat Menghormati Dewi Dorje Phagmo

Ketua Kelompok Tani Mukti Jatiwangi Dedi F Muhadin menyebutkan ada dua kelompok tani yang akan melakukan uji coba tersebut dengan jumlah petani sebanyak 71 orang, areal tanam seluas 20 hektare.

Pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan semua petani yang tertuang dalam nota kesepahaman dan ditandatangani bersama.

“Begitu panen MT I, persemaian sudah tersedia. Lahan segera digarap dan segera tanam MT II.” ungkap Dedi.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler