Kampung Babakan, Desa Pamoyanan, Cianjur, Tempat Kelahiran Penyanyi Lesti Kejora

2 Juni 2021, 00:05 WIB
Suasana Desa Pamoyanan, masih asri dengan ciri khas area persawahan yang berundak.* /dok.Kanal YouTube Petualang Alam Desa/

ZONA PRIANGAN - Nama Lesti Kejora melejit sebagai penyanyi muda dengan genre dangdut.

Wajah cantik Lesti Kejora sering menghiasi layar kaca. Dia mulai dikenal setelah mengikuti ajang pencarian bakat.

Tapi tahukah daerah asal Lesti Kejora? Ternyata kampung halaman Lesti Kejora ada di pedalaman Cianjur Selatan, Jawa Barat.

Baca Juga: Desa Curon Muncul Lagi setelah 71 Tahun Menghilang, Warga Berburu Foto untuk Instagram

Tepatnya, Lesti Kejora dilahirkan di Kampung Babakan, Desa Pamoyanan, Kecamatan Cibinong, Cianjur, Jawa Barat

Adakah Kampung Babakan terlacak oleh Google Maps? Seiring prestasi Lesti Kejora, nama Kampung Babakan pun ikut terangkat di media sosial.

Berikut ulasan Kampung Babakan Desa Pamoyanan yang dikutip dari Kanal YouTube Petualangan Alam Desaku:

Baca Juga: Shicheng, Pavlopetri, Baiae, Dwarka, dan Heracleion, Merupakan Lima Kota yang Tenggelam

Meski jauh dari kota, Desa Pamoyanan tampak bersih dan asri. Suasasna hijau dan sejuk masih banyak dijumpai di sana.

Artikel ini sebelumnya sudah tayang di ringtimesbali.com dengan judul "Desa Terpencil Lahirkan Pesohor Terkenal Lesti Kejora, Ada Curugnya".

Ada tanjakan dan turunan serta tebing yang sangat curam, membuat orang yang datang ke kampung ini harus ekstra hati-hati.

Baca Juga: 5 Kota Ini Mendapat Julukan Kota Hantu, Semua Penduduk Pergi Meninggalkannya

Masih banyak lahan pesawahan, sementara penduduknya masih jarang. Itu sangat cocok untuk menyegarkan pikiran.

Keindahan alam Desa Pamoyanan tak diragukan lagi, hawa sejuk terasa, asri dan damai.

Suasana lingkungan yang sangat alami terdengar serta dihiasi air terjun atau dalam bahasa Sundanya disebut dengan istilah curug, sungguh anugrah yang harus disyukuri.

Baca Juga: Bhutan Negara Unik, Melarang Warganya Miskin dan Pernah Menolak Kehadiran Internet

Wilayahnya masih tampak tradisional, warganya masih menggunakan bahasa Sunda asli. Mereka tampak ramah dan tidak menutup diri dari perubahan zaman.

Di tengah terpaan arus globalisasi, desa ini masih mempertahankan budaya tradisionalnya.

Warganya terlihat masih menyadap pohon, mencari rumput ke sawah, berjualan, dan pekerjaan apapun dilakoni yang penting halal dan menghasilkan.

Baca Juga: McDonald's Tolak Pesanan Drive-thru dengan Jalan Kaki, Pria Ini Jadi Paling Sial di Dunia

Area sawah yang berundak, semakin menambah keasrian desa ini, tampak kabut tipis datang seiring berlalunya hujan rintik yang membasahi.

Meski jalannya masih berbatu dan jika hujan tampak licin lantaran dipenuhi tanah lumpur, namun hal ini tidak menyurutkan warga di kampung ini untuk semangat bekerja.***(Tri Widiyanti/ringtimesbali.com)

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Ringtimesbali.com

Tags

Terkini

Terpopuler